Kalah di Pilkada, Menang di Kebun Pala

Dari catatan beritabeta.com, pria kelahiran Werinama 21 Mei 1971 ini, telah berhasil menyulap ratusan hektar di kawasan pebukitan Bula Barat itu dengan menanam sebanyak 40 ribuan pohon pala. Jumlah ini belum termasuk yang ada di beberapa lokasi lainnya di Kecamatan Werinama, Kabupaten SBT.
Vanath, di masa kepemimpinannya pada periode kedua, memang memiliki obsesi yang besar menjadikan komoditas pala sebagai primadona di kabupaten SBT.
Vanath bahkan sudah memantapkan arah pembangunan di sektor pertanian, sub sektor perkebunan dengan program perkebunan pala. Banyak petani di Kabupaten SBT lalu diajak menanam pala sebagai komoditas unggulan masa depan.
Sebuah alasan diungkapkan ketika itu, bahwa petani Maluku tidak bisa disamakan dengan petani di Pulau Jawa yang membudidayakan tanaman pangan dan hortikultura. Petani Maluku harus diberdayakan sesuai kultur yang diwarisi selama ini. Dan komoditas yang cocok dan tepat adalah komoditas perkebunan, salah satunya adalah pala.
Hasilnya, tidak tanggung-tanggung Vanath perlahan telah menggeser ‘brand’ daerah penghasil pala di Maluku yang sebelumnya dikenal berada di Pulau Banda, kini mulai beralih ke kabupaten berjuluk ‘Ita Wotu Nusa” itu.
Dari hasil kerjanya selama ini, AV begitu sapaannya, telah mengembangkan kurang lebih sebanyak 60 ribu lebih populasi pala di beberapa lokasi.
“Kurang lebih ada tiga lokasi dan sebagiannya sudah berbuah dan sekarang terus dilakukan panen,” urainya.
Saat ini ada sekitar 20-an ribu lebih populasi pala yang dikembangkan sudah berbuah.
“Saat ini kita memang kesulitan untuk mengelola hasil buah pala berupa dagingnya. Memang harus dikembangkan produk turunannya dengan pengembangan home industry berupa pembuatan manisan dan sirup pala, sehingga hasil panan kita dapat dimanfaatkan secara maksimal,” beber Vanath.
Lalu berapa jumlah panen pala per harinya? Kata Vanath saat ini rata-rata setiap hari dilakukan panen, dan tiap populasi menghasilkan sebanyak 2000 hingga 3000 buah.
“Kalikan saja kalau ada 10 pohon yang bisa dipanen setiap hari, berapa jumlahnya. Ini yang membuat kami harus memutar otak lagi agar semua produknya dapat dimanfaatkan, bukan saja fuli dan bijinya, tapi juga dagingnya,” urainya.
Target Jadi Eksportir Pala
Untuk tahun ini, hasil produksi pala yang diusahakan memang bisa dipastikan jumlahnya secara menyeluruh. Namun jumlah populasi yang dikembangkan sangat memungkinkan tiga sampai empat tahun mendatang, obsesi sebagai eksportir pala di Maluku akan terwujud.
“Kita masih kumpul-kumpul saja, karena belum semuanya berproduksi, dan usia pala masih muda belum merata untuk berproduksi,” tandasnya.
Jika hari ini saja, bapak 4 anak ini bisa memanen per hari 3 sampai 5 kilogram biji pala, sudah pasti jika semua populasi pala yang dikembangkan itu berproduksi, pastinya hasilnya akan berlipat ganda.
“Sudah tiga bulan kami panen dan rata-rata jumlah seperti itu. Secara matematis 1 kilogram pala itu setera dengan 300 biji pala, dan rata-rata 1 populasi bisa menghasilkan 1000 buah, maka bisa dipastikan tahun-tahun mendatang target kami mengeskpor pala dengan kualitas super dan organik itu bisa tercapai,” katanya (BB-DIO)