BERITABETA.COM, Bula – Sosok pasangan ini seperti tak pernah hentinya menjadi soroton publik di Maluku. Berulang kali berada di panggung politik lokal, menjadikan pasangan suami istri ini menjadi femiliar di mata publik.

Siapa lagi kalau bukan Abdullah Vanath dan istrinya Rohani Vanath. Tanggal 9 Desember 2020 lalu, keduanya kembali menjadi sorotan setelah sang istri Rohani Vanatah kalah di kontestasi Pilkada Serentak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).

“Kami mengakui kekalahan kami dan mengucapkan selamat kepada pasangan ADIL yang kembali dipercaya masyarakat SBT untuk memimpin kabupaten ini untuk periode lima tahun kedepan,” demikian statemen Abdullah Vanath lewat siaran langsung di akun Facebooknya, Rabu malam (9/12/2020).

Penyataan  ini, membuat banyak netizen memberi apresiasi yang cukup besar atas sikap legowo pasangan suami istri ini. Meski jatuh bangun di pentas politik lokal, tapi pasangan ini memiliki seabrek prestasi yang cukup mencolok. Salah satunya, memiliki investasi yang menjanjikan di bidang perkebunan pala.

Pekan lalu, bukti makin bersinarnya eksistensi Abdullah Vanath dan istrinya di usaha perkebunan pala menjadi perhatian menarik netizen. Sebuah unggahan foto dipublish Rohani Vanath yang isinya berupa aktivitas memanen buah pala dari kebunnya di kawasan dreamleand, Kecamatan Bula Barat.

“Ya kalah di Pilkada, tapi harus menang di kebun pala,” kata Rohani menjawab beritabeta.com, Jumat (1/1/2021).

Rohani mengaku, kekalahan di proses demokrasi yang baru saja terjadi, bukanlah sebuah kondisi yang harus diratapi, sebab komitmen untuk tampil di Pilkada SBT adalah untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat.

“Kalau hasilnya tidak maksimal, itu artinya kita belum dipercaya rakyat untuk menjadi pemimpin. Maka harus legowo menerima kenyataan itu. Yang terpenting kehadiran kita di pentas politik kemarin adalah bagian dari edukasi politik kepada masyarakat,” tandas ibu empat anak ini.

Menanggapi pertanyaan beritabeta.com terkait aktivitasnya dalam mengurus kebun pala, kata Rohani, saat ini dirinya bersama suaminya (Abdullah Vanath) lagi berkonsentrasi penuh untuk mengurus puluhan ribu polpulasi pala yang dikembangkan.

Ribuan pohon pala itu tengah berbuah dan sudah waktunya untuk panen. Sehingga mereka pun mengaku kewalahan karena terbatasnya tenaga kerja untuk panen.

“Ada ribuan pohon, setiap hari harus panen, kalau tidak buahnya jatuh ke tanah dan berkecambah lagi, “ beber Ani sapaan akrabnya.

Sejak berkuasa di Kabupaten SBT, Abdullah Vantah memang telah fokus dengan membangun perkebunan pala sejak 7 tahun silam.

Dari catatan beritabeta.com, pria kelahiran Werinama 21 Mei 1971 ini, telah berhasil menyulap ratusan hektar di kawasan pebukitan Bula Barat itu dengan menanam sebanyak 40 ribuan pohon pala. Jumlah ini belum termasuk yang ada di beberapa lokasi lainnya di Kecamatan Werinama, Kabupaten SBT.

Vanath, di masa kepemimpinannya pada periode kedua, memang memiliki obsesi yang besar menjadikan komoditas pala sebagai primadona di kabupaten SBT.

Vanath bahkan sudah memantapkan arah pembangunan di sektor pertanian, sub sektor perkebunan dengan program perkebunan pala. Banyak petani di Kabupaten SBT lalu diajak menanam pala sebagai komoditas unggulan masa depan.

Sebuah alasan diungkapkan ketika itu, bahwa petani Maluku tidak bisa disamakan dengan petani di Pulau Jawa yang membudidayakan tanaman pangan dan hortikultura. Petani Maluku harus diberdayakan sesuai kultur yang diwarisi selama ini. Dan komoditas yang cocok dan tepat adalah komoditas perkebunan, salah satunya adalah pala.

Hasilnya, tidak tanggung-tanggung Vanath perlahan telah menggeser ‘brand’ daerah penghasil pala di Maluku yang sebelumnya dikenal berada di Pulau Banda, kini mulai beralih ke kabupaten berjuluk ‘Ita Wotu Nusa” itu.

Dari hasil kerjanya selama ini, AV begitu sapaannya, telah mengembangkan kurang lebih sebanyak 60 ribu lebih populasi pala di beberapa lokasi.

“Kurang lebih ada tiga lokasi dan sebagiannya sudah berbuah dan sekarang terus dilakukan panen,” urainya.

Saat ini ada sekitar 20-an ribu lebih populasi pala yang dikembangkan sudah berbuah.

“Saat ini kita memang kesulitan untuk mengelola hasil buah pala berupa dagingnya. Memang harus dikembangkan produk turunannya dengan pengembangan home industry berupa pembuatan manisan dan sirup pala, sehingga hasil panan kita dapat dimanfaatkan secara maksimal,” beber Vanath.

Lalu berapa jumlah panen pala per harinya? Kata Vanath saat ini rata-rata setiap hari dilakukan panen, dan tiap populasi menghasilkan sebanyak 2000 hingga 3000 buah.

“Kalikan saja kalau ada 10 pohon yang bisa dipanen setiap hari, berapa jumlahnya. Ini yang membuat kami harus memutar otak lagi agar semua produknya dapat dimanfaatkan, bukan saja fuli dan bijinya, tapi juga dagingnya,” urainya.

Target Jadi Eksportir Pala

Untuk tahun ini, hasil produksi pala yang diusahakan memang bisa dipastikan jumlahnya secara menyeluruh.  Namun jumlah populasi yang dikembangkan sangat memungkinkan tiga sampai empat tahun mendatang, obsesi sebagai eksportir pala di Maluku akan terwujud.

“Kita masih kumpul-kumpul saja, karena belum semuanya berproduksi, dan usia pala masih muda belum merata untuk berproduksi,” tandasnya.

Jika hari ini saja, bapak 4 anak ini bisa memanen per hari 3 sampai 5 kilogram biji pala, sudah pasti jika semua populasi pala yang dikembangkan itu berproduksi, pastinya hasilnya akan berlipat ganda.

“Sudah tiga bulan kami panen dan rata-rata jumlah seperti itu. Secara matematis 1 kilogram pala itu setera dengan 300 biji pala, dan rata-rata 1 populasi bisa menghasilkan 1000 buah, maka bisa dipastikan tahun-tahun mendatang target kami mengeskpor pala dengan kualitas super dan organik itu bisa tercapai,” katanya (BB-DIO)