Kenapa pemerintahan Tuhan?  Sebab menurut mereka Tuhan mempunyai wakil di bumi ini yang diberi gelar ” Paus “.  Paus mewakili Tuhan, maka seorang Paus tidak bisa salah ( 𝘵𝘩𝘦 𝘗𝘰𝘱𝘦 𝘤𝘢𝘯 𝘥𝘰 𝘯𝘰 𝘸𝘳𝘰𝘯𝘨 ).

Konsep Gereja sebagai monarkhi berasal dari tradisi Imperium Romawi karenanya Paus berhak mengangkat  dan memberhentikan para Uskup, mengadakan Sidang Umum dan mengeluarkan peraturan moral dan keagamaan.

Untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakatnya, seluruh raja raja di tanah Eropa harus mendapatkan persetujuan Paus. Jika seorang raja dikucilkan Paus, si raja akan terlempar dari tubuh Kekristenan dan tak dapat memimpin wilayah Kristen (𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯𝘥𝘰𝘮).

Paruh abad ke- 11, Raja Henry IV di Jerman menolak klaim Paus Gregorius VII sebagai pemegang penuh kekuasaan. Dalam pertarungan ini, Henry IV takluk dan dipaksa menemui Paus Gregorius di Canossa tahun 1077.

Henry dijatuhi hukuman yang ringan namun ia  kehilangan kekuasaannya.  Kisah ini menunjukkan betapa efektifnya kekuasaan Paus atas pemerintah. Meskipun tak bertentara, institusi kepausan mampu buntungkan kekuasaan Raja yang sangat besar pengaruhnya di Eropa.

Di era hegemoni kekuasaan Gereja inilah lahir sebuah institusi Gereja dengan nama INQUISISI, sebuah Pengadilan Gereja untuk memusnahkan bidaah (dalam Islam kita sebut bid’ah ). Dibuatlah Mahkamah Inquisisi untuk menangkap kelompok – kelompok yang dianggap sesat. Mereka bertindak atas perintah wakil Kristus ( 𝘝𝘪𝘤𝘢𝘳 𝘰𝘧 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵 ).

Dengan kekuasaan ini, para pemuka agama dalam Mahkamah Inquisisi melakukan banyak  penyelewengan. Mereka menghukum kaum

” 𝘩𝘦𝘳𝘦𝘵𝘪𝘤𝘴 ” ( kaum yg dicap menyimpang dari doktrin resmi gereja ) dengan membakar mereka hidup -hidup.

Alat alat penyiksaan Mahkamah Inquisisi masih dapat kita temui di berbagai Torture Museum di sejumlah negara – negara di Eropa.  Belanda ikut menyimpan alat -alat penyiksaan ini sebagai dokumentasi sejarah kelam mereka.

Robert Held dalam bukunya 𝘐𝘯𝘲𝘶𝘪𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯, memuat foto – foto dan lukisan – lukisan yang sangat mengerikan tentang kejahatan Inquisisi yang dilakukan tokoh tokoh agama saat itu.

Setidaknya ada 50 jenis dan model alat- alat penyiksa yg sangat brutal seperti alat pencungkil mata, alat penyayat daging, alat khusus penghancur ibu jari, alat cakar kucing yang menggunakan metode 𝘧𝘭𝘺𝘪𝘯𝘨 untuk proses penyiksaan menguliti manusia. Mereka sangat kreatif dalam inovasi alat alat penyiksa.

Ada alat peremuk tulang – tulang, alat pemotong lidah, alat penghancur kepala bahkan ada hukuman manusia ditarik dengan  empat ekor kuda secara berlawanan hingga anggota tubuh hancur berceceran.

Ketika baru diinterogasi saja, ” orang sesat ” ini sudah disiksa di kursi menyeramkan bernama ” 𝘐𝘯𝘲𝘶𝘪𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘊𝘩𝘢𝘪𝘳 “, sebuah kursi penyiksaan yang dipenuhi dgn besi – besi tajam yang mencuat. Bagi kaum pencinta sejenis, tubuh mereka akan dibelah dua, digergaji hidup hidup.

Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaan dan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1450 – 1800 M, diperkirakan sekitar 2 sampai 4 juta wanita telah dibakar hidup – hidup di daratan Eropa. Kabarnya ada satu kota di Jerman sampai punah jenis kelamin wanitanya, saking banyaknya yang meregang nyawa di altar – altar Mahkamah Inquisisi.

𝘚𝘱𝘢𝘯𝘪𝘴𝘩 𝘴𝘱𝘪𝘥𝘦𝘳 adalah alat berbentuk kaki laba laba, terbuat dari logam, untuk memutilasi dan merobek – robek payudara wanita. Zaman itu kaum wanita memang dianggap lemah iman. Kebanyakan mereka dituduh sebagai  penyihir – penyihir jahat.

𝘗𝘦𝘢𝘳 𝘰𝘧 𝘢𝘯𝘨𝘶𝘪𝘴𝘩, sebuah alat penyiksa wanita berupa rangka payung yang dimasukkan ke alat kelamin wanita lalu perlahan besi akan mekar seperti bunga kemudian diputar menghancurkan kemaluan wanita.