Oleh : M.R Litiloly  (Aktivis dan Penggiat Demokrasi)

Hajatan lima tahun sekali yang akan dihelat pada 2024, seakan menjadi magnet dengan kekuatan daya tarik yang tinggi bagi masyarakat. Bagaimana tidak, tahun dimana akan diselenggarakan pemilihan Presiden, Legislatif dan Kepala Daerah tersebut, kini telah menjadi buah bibir masyarakat. Sama halnya dengan kondisi Kabupaten Buru hari ini.

Disudut-sudut kota, perkampungan, rumah kopi bahkan linimasa platfrom media sosial pun kini sedang ramai mendiskusikan Pilkada Buru akan datang.

Tak hanya menjadi buah bibir masyarakat yang sedang menebak-nebak peta perpolitikan 2024 tersebut. Beberapa figur pun sudah ada yang secara terang-terangan dan ‘malu-malu kucing’ memberi isyarat di ruang-ruang publik akan maju dalam bursa pencalonan Bupati Buru.

Hingga saat ini, yang terbilang cukup berani menunjukan sikap politiknya adalah sosok Muhamad Daniel Rigan seorang pengusaha sekaligus suami dari artis Bella Shofie. Tak tanggung-tanggung pria kelahiran Desa Jikumerasa ini telah melancarkan aksinya jauh-jauh hari dengan program-program kepada masyarakat.

Kini dirinya telah resmi menakhodai Partai Nasdem di Kabupaten Buru setelah dilantik beberapa hari kemarin. Kehadiran pria yang sering disapa dengan akronim MDR ini, tentunya akan menambah warna baru dalam eforia demokrasi lokal di Kabupaten Buru.

Secara normatif dan prosedural, kesempatan pun terbuka lebar bagi dirinya sebagai seorang warga negara untuk turut serta tampil sebagai bakal calon bupati kedepan.

Mengacu pada Samuel Huntington, ini adalah kemewahan yang baru muncul pada kuartal pertama abad ke-19 – gelombang pertama demokratisasi dimana demokrasi memberikan akses dan kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi dan memilih pemimpin.

Kehadiran dan keberanian MDR dalam konstalasi politik Buru sudah sepatutnya diapresiasi.

Namun yang perlu didiskusikan dalam tulisan ini adalah, bukan soal backroud-nya, bukan juga tentang keberanianya dan bukan tentang kesempatan maju dirinya secara normatif dan prosedural pada perhelatan Pilkada akan datang.

Dalam membangun argumen politik, tentunya kita tidak dapat hanya menggunakan pendekatan kekuatan politik kuantitatif, lantas meninggalkan pendekatan politik secara kualitatif. Kedua-duanya harus dapat berjalan bersamaan.

Hal tersebut tentunya penting dilakukan guna menciptakan iklim demokrasi yang berkualitas sehingga bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas pula.