Sosok Vanath dan Chemistry Lewerissa
Catatan : Dhino Pattisahusiwa (Pemimpin Redaksi Beritabeta.com)
Lama tak muncul, nama ini kembali menjadi buah bibir. Ya Vanath, bukan nama orang, tapi nama marga yang tersemat pada nama sesosok tokoh muda Maluku yang akhirnya familiar di ruang publik.
Abdullah Vanath, demikian orang menyebutnya. Sudah satu dekade lebih, nama ini tersohor hingga dikenal kalangan luas.
Belakangan nama ini kembali menjadi buah bibir lantaran sosoknya tampil kembali di pentas politik lokal Pilkada Maluku.
Abdullah Vanath memang menjadi magnet, lantaran banyak hal yang melekat padanya. Mulai dari sejarah kehadirannya di panggung politik lokal hingga manuver-nya yang selalu ‘mengharubiru’ di ranah kontestasi politik.
Menggambarkan gaya politik Abdullah Vanath, sama halnya dengan membahas tentang sepak bola. Selalu ada kejutan yang terjadi dan membuat publik tercegang melihat gelagatnya.
Spontan saja banyak reaksi yang bisa dijumpai akibat aksinya. Ada yang cemas, malu, minder bahkan pula memendam amarah, lantaran gaya bahasa dalam kata-katanya saat berorasi.
Semua yang terjadi pada sosok ini memang bukan tanpa alasan. Abdullah Vanath memiliki legacy [warisan] electoral yang kuat, hal ini pula yang membuat banyak pihak merasa terganggu dengan manuvernya.
Tercatat, ini untuk ketiga kalinya Abdullah Vanath menjadi magnet di Pilkada Maluku. Tiga kali pula Abdullah Vanath bersama pasangannya menyandang nomor urut 3. Apakah ini sebuah tanda?
Pada Pilkada Maluku tahun 2013, Abdullah Vanath merengsek masuk di panggung politik lokal ini, berpasangan dengan wakilnya Martin Maspaitella (DAMAI).
Paslon ini di injure time, tampil diusung 15 parpol gurem (non seat), keduanya gemilang hingga menembus putaran kedua Pilkada Maluku dengan meraup suara sebanyak 383.705 dengan persentase 49,6%.
Suara pasangan ini hanya terpaut 6 ribu lebih dari rival mereka yang saat itu menjadi pemenang Pilkada Maluku yakni pasangan Said Assagaff - Zeth Sahuburua (SETIA) yang diusung Partai Golkar, PKS, PPP, PAN, Partai Pelopor, PNI Marhaenisme dan mengantongi suara sebanyak 389.884 atau 50,4%.