BERITABETA.COM, Ambon – Pasangan calon (paslon) Guburnur – Wakil Gubernur Maluku, Hendrik Leweriss – Abdullah Vanath tampil memukau di ajang debat terbuka pertama.

Dalam debat yang mengusung tema "Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Maluku yang Berdaya Saing dan Berbudaya Berbasis Kearifan Lokal", paslon nomor urut 3 menguasai sejumlah materi yang disampaikan dengan apik.

Pantauan media ini, Calon Gubernur Maluku  3, Hendrik Lewerissa (HL), tampil dengan performa terbaiknya dalam menjelaskan dan mengurai sejumlah pertanyaan dengan sempurna.  

Misalnya, pada pertanyaan panelis sesi pertama terkait upaya yang yang dilakukan untuk memperkuat solidaritas antar individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok di Maluku, untuk menghindari terjadinya benih konflik dan menciptakan disharmonis sosial yang dapat merusak tatanan masyarakat.

Menaganggpi masalah ini, Lewerissa mengatakan meningkatkan kegiatan sosial yang beragam tidak hanya dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial.

"Kita harus mendorong komunikasi-komunikasi lintas komunitas yang lebih intens sehingga  menjadi sesuatu yang pasti bukan sesuatu yang hanya bersifat seremonial," ujar Lewerissa.

Keterangan Lewerissa ini disampaikan, menyusul jawaban dari Cagub nomor urut 2, Murad Ismail (MI) yang mengatakan, selama dirinya menjadi gubernur, telah melakukan setiap tahun kegiatan festival budaya, anak muda gemar bacarita adat orang basudara.

"Juga melaksanakan panas pela gandong dan  berdendang seantero negeri. Serta melaksanakan pekan pemuda kreatif, olahraga, bebas ke arah kearifan lokal," beber  MI.

Sementara terkait pertanyaan  panelis perihal sering terjadi bencana sosial, yakni konflik di masyarakat antara kelompok-kelompok masyarakat, misalnya antara satu negeri dengan negeri lainnya. Dimana bencana sosial tersebut masih terjadi di Maluku hingga saat ini.

Bagaimana  bagaimana strategi dan program  dalam mengatasi bencana sosial yang ada di Maluku jika terpilih sebagai gubernur dan wagub Maluku, HL kembali menjabarkan bahwa  jika berangkat dari sejarah, orang Maluku itu mempunyai semangat hidup orang basudara. Hubungan pela gandong  itu menjadi nilai dari kearifan lokal  di Maluku.

"Kalau ada konflik antar negeri kita tidak bisa menafikan bahwa fakta itu memang terjadi, tapi yang terlebih penting adalah kita bisa mengidentifikasi potensi masalah. Pemimpin yang baik itu harus mempunyai kemampuan mengidentifikasi,  harus proaktif melakukan komunikasi antar dua kelompok yang berselisih. Kita menjadi mediator-mediator, dan promotor perdamaian," ujar Lewerissa.

Lewerissa pun mengurai, seorang pemimpin itu harus bertindak tegas dan cepat,  tidak boleh lalai dan lambat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Tanggung jawab pemimpin harus cepat menyelesaikan dan melibatkan aparatur penegak hukum.