BERITABETA.COM, Ambon – Anggota DPR RI Dapil Maluku, Mercy Chriesty Barends mengungkapkan dampak besar yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi yang harus di hadapi generasi muda di Maluku.

Ia memaparkan, selain memiliki dampak positif yang cukup besar, globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat pula berdampak negatif terhadap kehidupan anak bangsa.

“Hari ini, semua orang dapat dengan mudah mengakses apa saja lewat perangkat lunak. Termasuk anak-anak di bawah umur, jika hal ini tidak diawasi orang tua maka mereka dapat terrocoki dengan informasi yang menyesatkan. Misal saja masalah pornografi yang berefek merusak mental,” kata Mercy dalam paparannya pada acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar secara virtual, Senin (16/8/2022).

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini diikuti secara langsung oleh masyarakat,  pelajar, keompok perempuan di Desa Kobamar, Kecamatan Aru Utara Timur, Kabupaten Kepulauan Aru.

Mercy mengaku tantangan ekternal dari globalisasi yang tidak bisa dihindari.

“Dulu dari Aru ke Ambon bisa 2 minggu sampai 1 bulan pakai kapal kayu. Sekarang karena kemajuan teknologi sudah ada pesawat hanya 2,5 jam sudah sampai di Ambon. Sekarang ini walau via zoom beta bisa jumpa semuanya di Aru, bisa saling menyapa walaupun tidak bertemu secara fisik," beber Mercy.

Selain itu, kata Mercy, tantangan globalisasi juga melahirkan satu kekuatan ekonomi baru yang disebut  kapitalis. Pertama eksploitatif, menghisapan, mengerukan Sumber Daya Alam [SDA] besar-besaran tanpa memikirkan lingkungan  dan kehidupan sosial budaya yang ada di sekitar.  Itu yang disebutkan dengan mengeksploitasi sumber daya alam. Lainnya negara yang kuat mengeksploitasi negara yang lemah.

“Termasuk yang ada di kabupaten Kepulauan Aru. Kalau anak-anak muda tidak siap maka kita akan tergilas dan menjadi penonton di daerah kita sendiri,” kata Mercy.

Dikatakan, Kabupaten Kepulauan Aru secara geografis tantangannya sangat berat. Di era globalisasi  ini kalau tidak kreatif dan adaptif, inovatif maka akan tergilas.

“Aru boleh punya sumber daya begitu banyak baik di lautan maupun di hutan, tetapi kalau tidak maju dan tidak kreatif serta SDM kita rendah maka suatu saat kita jadi penonton di negeri kita sendiri,” tandasnya.

Anggota Komisi VII DPR RI ini mengaku,  dalam sejumlah pertemuan dengan para pejabat di Aru, selalu mengingatkan tentang pentingnya pendidikan.

“Beta selalu bilang kalau ketemu pak camat, kades, bahwa katong di kampong boleh cuma makan bubur dengan garam atau makan isi kabong saja, tetapi semua anak harus sekolah, karena yang bisa memulihkan dan memperbaiki wajah kemajuan kabupaten Kelpulauan Aru adalah pendidikan," ungkap Mercy mengenang.

Selain itu apa pula tantangan ekstarnal berupa perubahan cara hidup. Jika  sebelumnya banyak masyarakat di kampong hidup dalam kondisi sederhana, saat ini karena kemajuan teknologi berupa penggunaan smartphone banyak permintaan anak-anak ke orang tua.

“Cara hidup kita menjadi materialistik, konsumarisme materialistik. Uang yang didapat tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat berguna untuk pendidikan, kesehatan menabung dll. Tetapi lebih banyak dimanfaatkan untuk hal-hal bersifat konsumerisme,” tutupnya (*)

Editor : Redaksi