Tak Ada Pernyataan Ketum PA GMNI yang Bernuansa Politis
BERITABETA.COM, Ambon – Salah seorang senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan juga politisi PDI-P Maluku, Mercy Christy Barends menegaskan isi pidato dari Ketua Umum PA GMNI Ahmad Basarah tidak ada yang bernuansa politik.
“Saat pembukaan Kongres XXI GMNI, Saya, Pak Luky Wattimury dan sejumlah pejabat daerah lain ikut menghadiri acara dimaksud,” ungkap Mercy dalam rilisnya kepada beritabeta.com, Sabtu malam (30/11/2019) menyikapi statement yang disampaikan Ketua GMKI Kota Ambon,
Mercy menyampaikan bahwa isi Pidato Ketua DPP PA Ahmad Basarah di Kongres ke XXI GMNI di Ambon, sejatinya banyak memberikan pesan kebangsaan yang berisi nilai-nilai nasionalis sebagai ajaran Bung Karno yang harus dipedomani oleh para kader GMNI dan tentu saja dihormati dan dimaknai secara mendalam oleh OKP yang terhimpun dalam kelompok Cipayung.
“Saya ikut menyimak apa yang disampaikan Bang Basarah, dan semua yang disampaikan di forum Kongres GMNI itu, berisi pesan-pesan kebangsaan dan nasionalis. Untuk itu saya agak kaget ketika ada pernyataan publik yang bernada kritik disampaikan adik Ketua GMKI Cabang Ambon atas pidato dimaksud,” tandas Mercy meluruskan apa yang menjadi konsumsi publik terkait pidato Ketum PA GMNI tersebut.
Anggota DPR RI asal Maluku ini membeberkan, secara gamblang isi dari pidato Ahmad Basarah di forum Kongres ke XXI GMNI yang digelar di Islamic Centre Waihaong Ambon, 28 November 2019 kemarin, terbagi dalam beberapa bagian penting.
Kata Mercy, pesan pertama dalam pidato Ahmad Basarah itu menyoroti penghargaan atas keberagaman dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama dengan mengajak segenap anak bangsa untuk saling hormat menghormati dan bersilaturahmi dalam semangat toleransi dan damai.
“Beliau banyak menyoroti kecenderungan yang terjadi belakangan ini contohnya terkait penggunaan salam. Jadi pesannya agar antara sesama pemeluk agama yang berbeda-beda ini, dapat menggunakan salam dari semua pemeluk agama dan salam budaya lokal ketika tampil berpidato, termasuk kepada kader GMNI, sebagaimanya yang sudah menjadi tradisi dari kehidupan bangsa selama ini,” urai Mercy.
Lanjut Mercy, di poin kedua pidato yang disampaikan Ahmad Basarah juga menyoroti masalah peran GMNI. Basarah berharap kepada kongres GMNI untuk merumuskan strategi perjuangannya agar GMNI dapat menjadi perekat bangsa dengan membumikan Pancasila dan sasanti Bhinneka Tunggal Ika sebagai ideologi dan prinsip berbangsa dan bernegara yang menjadi living dan working ideologi.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Basarah menguraikan keberadaan GMNI, sebagai organisasi yang sudah berusia 65 tahun. GMNI sudah banyak melahirkan kader-kader terbaik yang kemudian berkiprah dalam berbagai medan pengabdian, baik di birokrasi, perguruan tinggi, kepala daerah bahkan sebagai kepala negara seperti Presiden Megawati Soekarnoputri.
Selain itu, dijelaskan pula terkait alumni GMNI juga berkiprah di berbagai partai politik dengan larar belakang agama yang berbeda-beda, ada yang di PDI Perjuangan seperti Ibu Megawati, Pak Taufiq Kiemas, di Golkar seperti Pak Theo Sambuaga, di Nasdem seperti Pak Siswono, di Demokrat ada Pakde Karwo dan lain lain.
“Jadi isi pidato Bang Basarah itu sama sekali tidak ada yang bermuatan politik seperti yang dituduhkan, namun, memperlihatkan bahwa rekrutmen kader GMNI menembus sekat perbedaan suku, agama, parpol, dst. Dan itu adalah karakter GMNI sebagai OKP Nasionalis yang berbasis nilai luhur Pancasila ” jelas Mercy.
Olehnya itu, Mercy membatah tudingan yang disampaikan Ketua GMKI Cabang Ambon, Almindes Syauta yang dilansir dalam pemberitaan media. Tudingan bahwa pidato Ketum PA GMNI Ahmad Basarah itu mengandung nilai politik kepartaian dan cenderung mengkotak-kotakkan organisasi kemahasiswaan, itu sangat tidak benar. Bahkan Bang Basarah secara terbuka menstressing konstribusi positif OKP Cipayung dalam ikut mengisi pembangunan dan memperkokoh nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mencontohkan para calon Presiden dan Wapres hampir semuanya dari OKP Cipayung termasuk GMNI dan perwakilan militer.
“Disisi lain, tidak ada pesan bahwa Bang Basarah meminta kepada pejabat daerah untuk memperhatikan GMNI secara khusus jika ingin mendapat restu politik dari PDIP. Saya kira ini ada sedikit misinterpretasi atau salah tafsir dari adik Ketua GMKI,” bebernya.
Mercy menjelaskan, dalam pidato Ketum PA GMNI itu hanya menguraikan posisi 1 pejabat daerah yakni Bupati MBD Benyamin Thomas Noach, wajar yaah karena Beliau adalah kader GMNI. Keberadaan Benyamin Noach kebetulan dalam kepemimpinan sebagai Bupati MBD didukung oleh PDI Perjuangan.
“Nah karena Benyamin Noach ini adalah kader GMNI dan juga kader PDI Perjuangan, yang sementara berproses di PDI Perjuangan dalam kontestasi pilkada 2020, maka pesan yang disampaikan Ahmad Basarah bahwa sejatinya sebagai kader GMNI, Benyamin Noach harus ikut bertanggung jawab ikut membesarkan GMNI,” urai Mercy. Pendapat Saya, ini sesuatu yang sangat wajar sebagaimana saya, Pak Luky dan sejumlah pejabat publik lainnya dari GMKI memiliki tanggung jawab kekaderan itu untuk ikut membesarkan GMKI, begitupun HMI, PMII, dst. Jadi apa yang disampaikan Bang Basarah tidak dimaknai bahwa itu berlaku untuk semua pejebat publik di daerah.
Atas semua pendapat miring yang berkembang ini, Mercy berharap, agar makna dari pidato Ketua Umum PA GMNI Ahmad Basarah di Kongres ke XXI GMNI itu tidak disalahtafsirkan, sehingga menimbulkan polimik yang tidak diinginkan.
“Saya yakin adik Ketua GMKI Kota Ambon pasti lebih bijak menangkap dan menelaah substansi dan pesan yang terkandung dari pidato Ketua PA GMNI Pak Ahmad Basarah itu, yang tidak berisi pesan politik praktis sempit namun berisi pesan-pesan perjuangan kader GMNI yang berlandaskan semangat kebangsaan,” tutup Mercy. (BB-DIO)