Miris, RSUD Masohi Kehabisan Stok Oksigen, Netizen Jadi Heran
![RSUD Masohi](/storage/img/2025/02/rsud.jpg)
BERITABETA.COM, Ambon – Dunia kesehatan di Kabupaten Maluku Tengah kembali menuai sorotan publik. Ini terjadi karena salah satu fasiltas vital di kabupaten itu yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Masohi tidak memiliki stok oksigen yang cukup.
Kondisi ini menjadi viral di media sosial, setelah seorang pasien bernama Wa Vany harus menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit plat merah itu, karena tidak tertolong akibat tak tersedia oksigen.
Peristiwa ini menuai tanggapan sejumalh netizen yang mengaku heran dengan sikap pemerintah mengatasi hal tersebut.
“Harusnya hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi, jika pihak rumah sakit bisa mengkalkulasi kebutuhan tabung oksigen dengan akurat,” beber Ahmad salah seorang warga Malteng kepada media ini, Selasa (11/1/2025).
Ia mengaku meninggalnya Wa Vany, warga Dusun Aira, Negeri Souku, itu menjadi pukulan telak bagi pemerintah daerah. Dimana selama ini, bidang kesehatan menjadi salah satu bidang vital yang terus disoroti public, namun lagi-lagi, sepertinya ketersedian fasilitas dan sarana penunjangnya belum juga maksimal disediakan.
“Kita berharap setelah hadirnya kepemimpinan baru di Maluku Tengah, hal-hal seperti ini tidak lagi terjadi,” harapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Masohi, Anang Rumuar seperti dikutip dari Tribunambon.com mengaku ketersediaan oksigen di rumah sakit yang dipimpinnya itu memang terbatas.
Kata Rumuar, hal ini terjadi menyusul meningkatnya jumlah pasien, sementara Kompresor booster oksigen generator atau alat pengisian tabung oksigen milik RSUD juga sudah rusak.
Menurutnya, penggunaan oksigen mencapai 30 sampai 40 tabung per hari dalam situasi padat pasien.
Keterbatasan itu kemudian memaksakan keluarga pasien untuk membeli terlebih dahulu oksigen dari luar, baru kemudian diklaim pembayarannya.
"Jumlah pasien UGD sebanyak enam sampai tujuh pasien, bayangkan kalau setiap pasien harus memakai dua tabung oksigen," kata Rumuar.
"Ada keluarga yang ambil inisiatif beli di Makariki, tapi beli itu atas persetujuan keluarga, dengan catatan kalau pasien BPJS tetap nanti di klaim pembayarannya," ujarnya.
Sementara itu, untuk menjaga ketersediaan pihaknya juga membeli dari pihak ketiga sebanyak 175 tabung.
"Dipakai dua hari saja sudah habis, pasien yang masuk sangat banyak dan pemakaiannya terbatas," ujarnya (*)
Editor : Redaksi