BERITABETA.COM, Namlea – Mantimbang Nurlatu (30), pelaku pembunuhan sadis terhadap Manpapa Latbual alias Mansabar (40) warga Dusun Waepulut, Desa Waefkan, hingga kini masih dalam pengejaran pihak kepolisian.

Pelaku diduga bersembunyi di hutan, usai melakukan perbuatan sadisnya terhadap korban. Kondisi ini membuat pihak keluarga korban berang. Mereka meminta pihak kepolisian menembak mati korban. Bila ditangkap hidup-hidup, mereka menuntut agar pelakunya diserahkan kepada keluarga korban.

"Kalau Mantimbang ditembak mati, beta akui bapak polisi. Kalau bapak polisi takut tembak mati, serahkan dia par katong (buat kami) potong-potong," teriak salah satu tokoh adat dari keluarga korban dalam video berdurasi 5 menit 57 detik yang beredar luas dan juga dikantongi beritabeta.com, Rabu (24/02/2021).

Dalam video yang diambil di kawasan Dusun Tanah Merah, Desa Waetina, sehari sebelumnya itu, tampak beberapa tokoh adat dan keluarga korban  menuntut polisi agar segera menemukan pelaku dan menembak mati.

Mereka tidak menginginkan pelaku ditangkap hidup-hidup, karena khawatir perbuatannya akan berulang lagi setelah ia bebas nanti.

Di hadapan perwira polisi berpakaian preman dari Satreskrim Polres Pulau Buru, salah satu tokoh adat,  dengan lantang menuntut agar polisi memulangkan pelaku kepada mereka agar dapat dikubur bersama korban.

Kapolres Pulau Buru, AKBP Egia Febry Kusumaatmaja yang dihubungi media ini menegaskan, kasus pembunuhan yang terjadi di areal ketel kayu putih  Waepulut, Desa Waefkan, Kecamatan Waekata Kabupaten Buru, sekitar pukul 03.00 WIT pada Selasa (23/02/2021) itu, kini dalam penanganan serius pihaknya.

Ia juga menegaskan, sejumlah personil telah dikerahkan untuk memburu pelaku Mantimbang Nurlatu. Pihaknya juga meluruskan pemberitaan yang menyebutkan pelaku telah ditangkap dan dibawa ke Polres Pulau Buru.

"Pelakunya masih dikejar. Kita telah kerahkan tim,"singkat Egia.

Sementara Paur Humas, Aipda MYS Djamaluddin menginformasikan, sampai Rabu jelang malam, tim gabungan dari Polres Pulau Buru yang terdiri dari Reskrim,Sabhara, Intelkam dan Polsek Waeapo masih di TKP dan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku.

Ia juga menginformasikan, kalau situasi Desa Waeflan dan Dusun Tanah Merah tetap  aman kondusif.

"Aparat masih tetap bersiaga di dua tempat tersebut,"jelas Djamaluddin.

Pasca insiden itu, pada Selasa tengah malam, Kapolres bersama Dandim Letkol Arh Agus Guwandi sempat mengunjungi Dusun Tanah Merah guna bertemu dengan sejumlah tokoh adat di sana. Antaranya, Matatemon Nurlatu, Yohanes Nurlatu dan Raja Kayeli, Fandy Wael SSTP.

Di hadapan tokoh adat ini, Kapolres berjanji bersama TNI terus berupaya  untuk secepatnya menangkap pelaku.

“Kami menghimbau agar tokoh adat dapat menyampaikan kepada warganya untuk menahan emosi dan juga membantu memberikan informasi apabila mengetahui keberadaan pelaku,” harap kapolres.

Dandim 1506/Namlea, Letkol Arh Agus Guwandi turut mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga korban, dan meminta dari pihak korban agar sabar dan mempercayakan kepada pihak keamanan untuk menangani permasalahan ini.

“Kami selaku pihak keamanan akan mencari solusi yang terbaik untuk penyelesaian permasalah ini. Kami akan memaksimalkan pencarian pelaku. Untuk itu kami meminta kepada tokoh-tokoh adat agar memberitahukan kepada warga yang lain jangan membuat tindakan yang nantinya akan membuat situasi Kamtibmas semakin memanas,” tegasnya.

Setelah selesai mengunjungi Dusun Tanah Merah, Dandim dan Kapolres kemudian menuju Desa Waflan dan bertemu dengan Kepala Desa Waflan Slamet Behuku, juga dengan kepala adat Andi Behuku.

Kepala desa dan kepala adat setempat jugta meminta kepada Dandim dan Kapolres agar mengaktifkan personil keamanan di pos penjagaan yang ada di Desa Waflan yang masih sangat rawan, karena sering terjadi kasus kekerasan yang berakhir pada tindakan pembunuhan.

Informasi yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan situasi yang sempat didinginkan dengan pertemuan tengah malam itu, kembali memanas pada Rabu pagi, setelah warga dari keluarga korban mendapat kabar kalau pelaku telah ditahan pihak Polres Pulau Buru. Mereka menuntut agar polisi menyerahkan pelaku.

Hal itu dibenarkan Raja Kayeli Fandy Wael yang mengaku telah ditelepon pagi hari oleh Matatemun Nurlatu guna menyampaikan keinginan warga itu, karena membaca berita yang ditulis salah satu media.

Guna menenangkan emosi warganya, Fandy Wael memilih mendatangi Polres Pulau Buru dan menanyakan kebenaran informasi itu. Ternyata pelaku belum ditemukan dan  masih dalam pengejaran.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, korban Manpapa Latbual tewas, setelah ditebas dengan parang oleh pelaku Mantimbang Nurlatu di areal ketel kayu putih  Waepulut, Desa Waefkan, Kecamatan Waekata, sekitar pukul 03.00 WIT pada Selasa (23/02/2021).

Pelaku meminta bantu  korban dan  saksi Olobeo Latbual untuk melakukan babeto atau ritual adat untuk mengusir penyakit (menurut keyakinaan mereka warga adat). Alasan pelaku kepada korban dan saksi bahwa dia diguna-guna oleh orang.

Namun, saat melakukan ritual adat, pelaku tiba-tiba mencabut parang dari pinggangnya dan menebas tubuh korban hingga menghembuskan nafas terakhirnya di lokasi ritual itu (BB-DUL)