Dia menikah dengan Yahya Sumabrata, mahasiswa kedokteran di Rijks Universiteit-Utrecht. Dia pun mengasah olah vokalnya.

Setelah lima tahun di Belanda, Rose kembali ke Indonesia pada 1952. Kualitas vokal dan teknik bernyanyinya dianggap mumpuni untuk dikirim ke Festival Pemuda ke-4 di Bukares, Hongaria. Rose kemudian menjadi penyanyi seriosa Indonesia pertama yang tampil di panggung internasional.

“Ibu Rose Pandanwangi adalah soprano pertama di dunia musik klasik yang dimiliki Indonesia,” kata pianis Ananda Sukarlan dalam acara konferensi pers “Kisah Mawar: 90 Tahun Rose Pandanwangi untuk Seriosa dan Keroncong” seperti dikutip beritabeta.com dari Historia.id.

Nama Pandanwangi pemberian pelukis Sudjojono, suami keduanya. Dan nama Rose Pandanwangi pun dipakai dalam beragam kontes vokal. Pada 1958, tulis Sori Siregar dalam Kisah Mawar Pandanwangi, nama ini dipakai pertama kali sebagai peserta Pemilihan Bintang Radio. Dia menyabet juara kedua Bintang Radio Jenis Seriosa daerah Jakarta Raya.

“Ibu Rose ini dulu banyak menyanyikan karya seriosa yang berangkat dari karya sastra,” sambung Ananda Sukarlan.

Sejak 1953, sebagai pengisi acara RRI, Rose terus berkiprah dalam gelanggang seriosa Indonesia. Dia menjadi pengisi acara konser musik klasik hingga opera sampai tahun 1990-an. Genap berusia 65 tahun pada 1994, dia menggelar konser perpisahan (afscheids concert) bersama pianis Sunarto Soenaryo di gedung Erasmus Huis.

Rose bersama Glend Fredli di sebuah kesempatan

Kiprahnya Sebagai Penyanyi

Perjalanan karier Rose Pandanwangi dalam dunia seriosa diawali ketika bertemu dengan guru menyanyi Jepang Miakira. Oleh Miakira, Rose diperkenalkan dengan serombongan orkes dari Jepang yang mengadakan tour keliling di Ujung Pandang. Bakat dan warna suara Rose ternyata cocok dengan selera orkes tersebut.

Pada zamanya itu musik seriosa sangat menarik dunia dan budaya secara luas di dunia. Pada tahun 1947, Rose masih menggunakan nama keluarga ayahnya, yaitu Poppeck. Rose dan keluarga dahulu tinggal di Makassar.