BERITABETA.COM, Tual – Puluhan warga Lupus, Kecamatan Dullah Utara Kota Tual yang menetap di pengungsian menggelar aksi demo menuntut keadilan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tual, atas ketidakpastian hidup mereka selama dua tahun ini.

Demo warga lupus ini digelar saat berlangsungnya upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 75, Senin (17/8/2020).

Mereka mengaku menderita selama berada di lokasi penggungsian selama dua tahun, pasca terjadinya aksi pembakaran rumah-rumah mereka pada tanggal 23 September 2018 silam.

Pantauan beritabeta.com di kota Tual,  aksi demo  warga Lupus  ini berlangsung  di Wearhir, Kecamatan Dullah Selatan, Kota Tual, pukul 10.00 WIT. Aksi damai ini dijaga ketat aparat keamanan dari Polres Maluku Tenggara.

Yusein Al-Hamid dan Jalil Yamlean selaku koordinator aksi dalam orasinya menyampaikan kekecewaan atas sikap pemerintah setempat yang terkesan tidak memperhatikan nasib warga Lupus.

Selain masalah perhatian terhadap tempat tinggal warga Lupus, keduanya juga menyayangkan soal proses hukum bagi pelaku pembakaran rumah-rumah warga yang tidak ditindaklanjuti.

“Ini persoalan harga diri, karena ada pihak –pihak yang bermain dengan masalah ini, “ kesal mereka.

Saat demo berlangsung para ibu warga pengungsi Lupus yang ikut serta dalam aksi tersebut  terlihat meneteskan air mata. Mereka mengaku sudah dua tahun hidup menderita dan tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

“Katong pu rumah seng ada, sudah dua tahun terlalu lama,“ ungkap seorang ibu.

Ketua DPRD Maluku Tenggara, Minduchri Kudubun, sempat bertemu dengan dan  menenangkan para pengungsi. Tanpa sengaja Minduchri yang melitansi lokasi demo, turun dan menyapa warga Lupus. Ia mengaku terharu dengan nasib pengungsi Lupus.

“Kami dua tahun hidup menderita di tempat pengungsi dan ini sudah cukup, “ ungkap seorang ibu kepada Ketua DPRD Malra.

Mereka menuding Walikota Tual, Adam Rahayaan,  tak punya kepedulian dalam memperhatikan nasib pengungsi Lupus yang selama ini menderita. Para pengungsi Lupus menilai pemerintah sudah membohongi mereka dengan janji manis yang tidak ada realisasi.

“Kami warga Lupus manusia, bukan binatang, dua tahun menderita di tempat pengungsi sudah cukup, “ teriak  para pengungsi.

Aksi demo warga pengungsi Lupus yang rencananya  akan dilanjutkan di Kantor Walikota Tual, namun atas koordinasi Kapolres Malruku Tenggara, AKBP Alfaris Pattiwael, S.I.K, M.H, aksi ini berhasil diredam.

Padahal, warga Lupus ingin menyampaikan aspirasi mereka kepada Walikota Tual, Adam Rahayaan dan Wakil Walikota Tual, Usman Tamnge secara langsung.

Kapolres Malra beraudens dengan warga Lupus. Kapolers Pattiwael, berjanji akan segera menangkap para pelaku pembakaran rumah para pengungsi Lupus Kota Tual, dua tahun lalu.

Menanggapi aksi demo warga Lupus ini, Walikota Tual, Adam Rahayaan, akhirnya menghubungi langsung koordinator aksi  via telpon seluler dan meminta  warga untuk bertemu hari ini, Selasa (18/8/2020) untuk menerima bantuan dari pemerintah.

Mendegar informasi dari Walikota Tual ini,  warga Lupus yang tinggal menyebar di Desa Sathean, Dian Pulau Kabupaten Maluku Tenggara dan Desa Mangon dan Fiditan, Kota Tual akhirnya membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing (BB-OL)