Dikatakan, Maluku mengekspor biji pala setelah 21 tahun terhenti karena konflik Ambon 1999. Eskpor perdana tersebut dilakukan di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Total ada 28 ton biji pala yang dikemas di satu kontainer berkapasitas 400 feet yang akan dikirim ke China.

Mantan Anggota DPRD Maluku itu juga menerangkan, sebanyak 28 ton biji pala asal Maluku yang diekspor ke China itu senilai 215 juta dolar Amerika Serikat, sehingga pihaknya akan mendorong agar petani dan pengusaha di Maluku dapat mengekspor langsung hasil bumi mereka.

"Selaku anggota DPR RI saya akan mendorong agar petani dan pengusaha di Maluku dapat mengekspor langsung hasil bumi mereka" janjinya.

Srikandi Maluku itu berujar, saat ini ekspor pala dari Ambon mulai berjalan kembali, persoalan yang harus dipecahkan saat ini adalah soal ketersediaan laboratorium uji aflatoksin atau jamur yang belum ada di Ambon.

Pasalnya, negara tujuan ekspor memiliki standar-standar yang harus dipenuhi, salah satunya uji aflatoksin.

"Untuk menyediakan benih yang berasal dari vegetative, diantaranya dilakukan dengan teknologi grafting (sambung pucuk). Maka menjadi petani rempah-rempah perlu adanya kreatif, inspiratif, dan berdaya saing" imbaunya.

Pada kesempatan tersebut, dia juga menekankan, ada enam kendala yang menjadi masalah mendasar untuk seluruh pertanian rempah-rempah Indonesia, yakni: infrastruktur, sarana dan prasarana, regulasi, kelembagaan dan sumber daya manusia, permodalan, dan alih fungsi lahan pertanian.

Olehnya itu, dia menghimbau, perlu sinergi yang baik antara petani, penyuluh, dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi enam kendala tersebut.

"Menjadi petani saat ini yang juga menghadapi tantangan di era 4.0 menuju era 5.0, harus dapat berpikir kreatif dan inovatif untuk mengatasi keenam kendala tersebut" imbaunya (*)

Pewarta : Azis Zubaedi