Sang Rerevolusi Gaya “Catenaccio” Sepak Bola Italia
Eks nakhoda Manchester City ini meminta anak asuhnya membangun serangan dari belakang. Mancini merasa perubahan perlu dilakukan untuk memulihkan reputasi Italia. Ketika mulai bekerja pada pertengahan 2018, Gli Azzurri baru saja gagal lolos ke Piala Dunia Rusia. Mereka absen di turnamen besar sepak bola untuk kali pertama sejak Piala Dunia 1958.
Perubahan tersebut perlahan membuahkan hasil. Italia dibawanya lolos ke Piala Eropa 2020. Setelahnya Gli Azzurri masuk semifinal UEFA Nations League 2020/2021, sebuah peningkatan menyusul rapor buruk pada edisi sebelumnya.
Pendekatan Mancini juga berbuah rekor. Mancini menjadi pelatih Italia dengan catatan kemenangan beruntun (13) dan laju tidak terkalahkan (33) tertinggi sepanjang masa, mengalahkan Vittoria Pozzo.
Meski bermain lebih menyerang, karakter utama Italia tetap terlihat. Mereka menjadi salah satu negara yang tidak kebobolan pada fase grup, selain Inggris.
Setiap keberhasilan menggagalkan peluang lawan selalu dirayakan, ibarat kesuksesan mencetak gol. Lihat saja selebrasi Leonardo Bonucci dan kawan-kawan usai mencegah striker Belgia Romelu Lukaku pada perempat final.
Gianluigi Donnarumma, Giovanni Di Lorenzo, Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, Marco Verratti, Jorginho, Nicolo Barella, Lorenzo Insigne, dan Ciro immobile hampir pasti jadi starter di final.
Berarti ada dua tempat yang diperebutkan. Emerson Palmieri dan Alessandro Bastoni bersaing untuk sektor bek kiri. Sementara Domenico Berardi dan Federico Chiesa saling sikut demi melengkapi trio penyerang.
Mancini menambahkan, bahwa skuad besutannya bisa menjadi juara EURO 2020 karena telah melakukan pekerjaan yang brilian selama turnamen berlangsung. Bahkan, Mancini menekankan, kalau Azzurri adalah tim yang identik dengan kemenangan.