Sepasang Sayap dan Janji Sang Khalifah di Bumi Syam
Catatan : Mary Toekan (Pemerhati Sejarah Islam)
Seorang lelaki paruh baya, menginjak - injak foto presiden terguling, Bashar al-Assad, penguasa tunggal yang menempatkan diri dan golongannya di atas kepentingan rakyat banyak.
Kabar itu menjadi trending topik di semua lini masa. Aku setengah tak percaya, begitu mudahnya seperti membalikkan telapak tangan jika sudah Allah putuskan.
Hanya dalam tempo 14 hari saja, semua kisah berbalik arah.
Tak ada rudal - rudal ataupun dentuman senjata pencabut nyawa massal. Hanya sedikit pergolakan. Tentara Bashar menyerah dengan mudah. Apa sebenarnya terjadi ? Wallahu a'lam bishowab.
Pekik takbir membahana di tanah Suriah mengakhiri cerita pemerintahan tirani yang telah membiarkan masyarakatnya berserakan di separuh bumi demi sebuah kekuasaan.
Dulu Hafez al-Assad, ayah dari Bashar, menduduki tahta presiden selama 30 tahun melalui kudeta internal partai Ba'ath pada tahun 1971.
Lalu tampuk kepemimpinan Suriah kemudian diberikan kepada putranya melalui pemilihan umum melawan kotak kosong pada tahun 2000, usai Hafez al-Assad meninggal.
Sebenarnya Hafez al-Assad sudah mempersiapkan Bassel al-Assad, putra pertamanya untuk menggantikannya. Namun Bassel tewas dalam kecelakaan mobil tahun 1994.
Bashar yang sedang kuliah dokter mata di Inggris, ditarik pulang untuk menggantikan posisi ayahnya. Usianya saat itu baru 34 tahun. Rupanya tak menjadi masalah walaupun ketentuan usia minimun seorang presiden dalam konstitusi negara Suriah adalah 40 tahun.
Melalui Mahkamah Konstitusi Suriah, para kroninya mengubah usia 40 diturunkan menjadi 34 tahun. Eh!! Ternyata di Suriah sudah punya 'paman Usman' terlebih dahulu. Uups!
Kekuasaan menjadi candu dalam keluarga ini
Istilah demokrasi digunakan dalam sistem yang tidak demokrasi demi membangun gurita bisnis dan para penjilat penguasa.
Kini waktunya amanah yang dititipkan Allah diambil kembali. Generasi tirani yang berkuasa selama lebih dari lima dekade ini berakhir di tangan rakyatnya sendiri. Begitulah cara Allah gilirkan kendali atas bumi-Nya.
Aku tak tahu harus menyebut kelompok yang menggilas penguasa tirani ini dengan sebutan apa. Mengingat begitu banyaknya kepentingan kelompok - kelompok di negri tempat Sultan Salahuddin disemayamkan.
Semoga mereka bukanlah kelompok yang dipecundangi seperti nasib penduduk Irak dan Mesir. Pemimpinnya hanyalah boneka peradaban dari serangkaian cerita 'Arab Spring' ciptaan para pengendali dunia.