“Yang katong (kami) heran, waktu malam dikasih makan bubur, pagi hari juga dikasih bubur yang sama. Katong rasa makanan jadi hambar. Apakah seng (tidak) ada menu yang lain lagi. Katong pesimis prestasi akan baik di PON Papua kalau makanan yang diberikan masih seperti ini. Katong minta bapak-bapak dan ibu-ibu di dewan dapat mendengar keluhan katong jua,” tutur Welmy Pariama, salah satu atlet tinju wanita Maluku saat tatap muka dengan Anggota Komisi IV DPRD Maluku di Wisma Atlet di Karang Panjang, Kota Ambon, Kamis pagi (17/6/2021).

Ia bahkan menuturkan, pemberian menu bubur Manado disisip ikan asin dan tahu isi ini sudah dilakukan Satgas Pelatda PON XX Maluku sejak Maret 2021 hingga pemberitaan persoalan ini viral di media sosial.

Padahal,   menurut Mury Kuswari, sport nutritionist sekaligus Ketua Umum Asosiasi Nutrsionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI) menjelaskan, menu makanan atlet sejatinya bersifat personal, dan tergantung dari individu masing-masing.

Ia menjelaskan, secara keseluruhan, menu makanan atlet harus mengikuti program latihan kesehariannya. Semisal, atlet sprinter (lari cepat), meski waktu larinya sangat pendek (12 detik), namun proses latihannya bisa tiga sampai empat jam.

Penghitungan komposisi makanannya; adalah 10 gram karbohidrat per kilogram berat badan tubuh.

"Jadi, misalnya berat badan kita 50 kilogram, artinya kita butuh 50×10, jadi 500 gram karbohidrat. Total jumlah karbohidrat tersebut dibagi berapa kali makan; misal 5 kali makan. Artinya, sekali makannya harus 100 gram karbohidrat," jelas Mury seperti dikutip dari kumparan.com pada artikel dengan judul “Komposisi Menu Makanan Atlet yang Baik Menurut Ahlinya” pada Kamis (28/11).

Kuswari mengatakan, untuk kebutuhan protein, rata-rata atlet membutuhkan 1,6 gram per kilogram berat badannya. Menu makanan atlet juga dipengaruhi oleh kebiasaan makannya.

Selain kebutuhan tiap individu yang berbeda, menu makanan atlet juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan masing-masing. Bila saat bertanding menyantap makanan yang tak biasa mereka makan, tubuh harus beradaptasi kembali.

Mau diberi menu sesehat apa pun, seperti sushi, pasta, atau nasi merah sekalipun kalau  memang tidak terbiasa, ketika pola makan tengah diperbarui, dengan porsi yang banyak, akan tetap merasa tak berenergi. Sebab, tubuh membutuhkan penyesuaian untuk menyerapnya jadi sumber energi.

"Jadi, mau enggak mau kita harus melakukan persiapan dengan kebiasaan kita. Setidaknya, kalau makan biasanya menu yang sudah disiapkan banyak pilihan gitu kan. Misalnya menu buffet, kita bisa milih yang mirip-mirip dengan makanan sehari-hari, nasinya ada, dagingnya, dan telurnya ," jelas laki-laki yang juga menjadi pengajar di Universitas Esa Unggul ini (BB-AZ)