Sebagai anggota KUB Bank BJB, ia menambahkan Bank Maluku Malut atau anggota KUB lainnya pun akan memperoleh akses atas pengembangan infrastruktur yang telah dilakukan oleh Bank BJB, baik infrastruktur IT ataupun corporate knowledge sehingga tidak perlu mengeluarkan lagi capital expense (capex) yang besar dan memakan waktu yang lama.

Yuddy memberikan contoh pada proses KUB yang sudah berjalan dengan Bank Bengkulu, walaupun saat ini masih berproses pengajuan izin kepada OJK yang merupakan tahap akhir sebelum persetujuan KUB menjadi efektif, tapi sinergi bisnis sudah dilakukan sejak awal.

Kerjasama yang sudah rampung antara lain BI Fast, layanan Laku Pandai, e-tax, digitalisasi dan pembiayaan sindikasi, yang memberikan dampak positif terhadap kinerja dan layanan dari Bank Bengkulu.

“Saat ini masih berjalan program sinergi lainnya yang akan semakin terakselerasi begitu bank bjb efektif sebagai induk usaha dari Bank Bengkulu,” ujarnya.

Terakhir, Yuddy berpendapat BPD sendiri secara grup perbankan, memiliki potensi yang besar. Dengan jumlah 26 BPD dengan total aset sebesar Rp 936,1 triliun, BPD yang solid dapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bersanding dengan perbankan besar lainnya (*)

Editor : Redaksi