BERITABETA.COM, Ambon – Anggota Komisi IV DPR RI, Saadiah Uluputty menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Peternakan dan Kesehatan Hewan di kota Ambon melibatkan puluhan peserta di Maluku.

Bimtek ini selain dihadiri para peternak, juga diikuti sejumlah pengusaha di bidang pertenakan yang berlangsung di Hotel Grand Avira, kota Ambon, Senin (24/7/2023).

Hadir sebagai pemateri adalah Gafar Assel dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, pihak Dinas Pertanian Kota Ambon, dan dokter Hewan dr. Erdi dari Balai Besar Maros, Sulawesi Selatan.

Politisi PKS ini saat membuka Bimtek mengungkapkan, persoalan yang sering disentil masyarakat peternak adalah masalah pemahaman dan  keuletan dalam menjalankan profesi atau usaha  peternakan.

Hal lainnya karena masyarakat belum menjadikan usaha peternakan sebagai fokus usaha yang menjanjikan.

“Ini yang harus diakui, bahwa sejauh ini proses pendampingan kepada masyarakat peternak masih belum maksimal. Jika dibandingkan dengan daerah Jawa, Sulawesi dan lainnya, perternak disana setiap saat ada program pendampingan dan bantuan peternakan langsung menyasar masyarakat. Bahkan, petugas-petugas penyuluhnya terus memberikan bimbingan," ujarnya.

Selain minimnya perhatian, kondisi ini juga diperparah dengan keterbatasan tenaga dokter hewan.

 

Peserta Bimtek Manajemen Peternakan dan Kesehatan Hewan

"Dari sisi kesehatan hewan ternak, Maluku belum banyak memiliki dokter hewan. Keberadaannya masih minim," ungkapnya.

Anggota Fraksi PKS DPR RI ini mengaku, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, maka Bimtek perlu dilakukan secara merata di semua kabupaten/kota di Maluku.

"Untuk Maluku jangan dinafikan, kita masih kekurangan sumber daya manusia. Harusnya sudah ada SDM kita yang bisa dampingi masyarakat sebagai penyuluh. Termasuk dokter hewan, itu sangat kurang, tidak mencapai 10 orang," ujarnya.

Dengan jumlah dokter hewan yang hanya 10 orang, lanjutnya, berarti dari 11 daerah di Maluku ada daerah yang tidak memiliki dokter hewan. Akibatnya, saat hewan terkena wabah penyakit, terutama seperti ternak ayam, para peternak sulit melakukan konsultasi ke dokter hewan.

"Tidak adanya dokter hewan. Ini kendala yang dialami daerah. Tentunya menjadi catatan untuk perlu dilakukan strategi ke depan," sebut Uluputty.

Saadiah juga memberikan masukan Kepada Dinas Pertanian Provinsi Maluku untuk terus berkoordinasi program dengan Komisi IV di Senayan, karena banyak hal yang perlu dibicarakan tentang pertanian dan peternakan di Maluku ke depan.

"Daerah lain mereka terus datang ke Komisi IV. Sementara Maluku belum pernah," sahut Saadiah.

Bimtek masih terus berlanjut hingga sesi tanya jawab. Para penanya umumnya menyentil soal bahan pakan makanan ternak ayam di Maluku masih sangat mahal dan terkadang langkah.

"Kami sejauh ini masih konsumsi telur ayam dari luar daerah, karena ayam ternak peliharaan kami tidak bisa berlangsung lama, makanan mahal, sudah begitu terkadang langkah," sebut Ibrahim Salase, salah satu peserta yang juga pengusaha ternak kepada pemateri Gafar Assel dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku.

Salase berharap lewat Bimtek ini perlu dicari solusi agar makanan ayam di Maluku bisa menjadi perhatian, terutama harganya harus sama dengan daerah lain, murah dan tidak langkah

"Kalau di daerah lain  pakan ternak murah dan mudah didapatkan. Bahkan, bila perlu harus diberikan subsidi ke masyarakat," tandasnya.

Peserta lainnya, Ibrahim, pengusaha peternakan ayam di Desa Rumah Tiga Kota Ambon, juga meminta metode pemeliharaan dan pendampingan pengusaha peternak agar cepat bertelur. Karena proses pertumbuhan ayam kampung di Maluku beda dengan di daerah Jawa.

"Di daerah Jawa mereka menggunakan asupan makanan ayam yang tepat, sehingga cepat berkembang biak. Kita di Maluku tidak berkembang biak, ayam sampai bertahun tahun. Padahal daerah lain tidak memakan waktu lama seperti itu. Saya kira ini yang harus menjadi perhatian," ungkapnya (*)

Editor : Redaksi