10 Orang Asal Malteng Jadi Korban Tsunami di Banten
BERITABETA.COM, Ambon – Sebanyak 10 orang asal Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku dikabarkan menjadi korban sapuan gelombang tinggi yang terjadi Sabtu (22/12) pukul 21.10 WIB di kawasan pantai barat Banten.
Satu diantaranya bernama Sari Widyawaty hilang belum ditemukan bersama anaknya. Korban asal Jawa Tengah istri Abdurrahman Assagaf, warga asal Malteng.
Informasi yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan, 9 dari 10 orang korban ini mengalami luka saat musibah tsunami menerjang salah satu lokasi wisata di daerah tersebut.
“Mereka adalah keluarga yang berasal dari Desa Wolu dan Desa Tehua, Kecamatan Teluti, Kabupaten Maluku Tengah. Mereka datang kesana dalam rangka arisan keluarga,” tulis Fahri Asyatri salah satu warga Malteng kepada redaksi beritabeta.com, Minggu (23/12/2018) siang.
Menurut Fahri, 9 orang dari rombogan asal Malteng ini menetap di Jakarta, mereka menjadi korban yang selamat dari sapuan tsunami saat berada di lokasi tersebut. Mereka yang menjadi korban tsunami itu adalah:
- Kartini Tehuayo
- Safira Alamri
- Salwa Alamri
- Juwahir Tehuayo
- Sari Widyawati (hilang belum ditemukan)
- Malika Assagaf
- Nabila Assagaf
- Nurlela
- Nona Kamidin
- Masniah Tehuayo
Hingga berita ini diterbitkan, belum diketahui nasib Sari Widyawati bersama anaknya yang hilang. Keluarga korban di Malteng masih menunggu informasi lebih lanjut dari Jakarta. “Belum ada informasi lanjutan, saya menerima informasi ini dari kerabat dekat keluarga korban,”tulis Fahri.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan dampak tsunami dan gelombang tinggi yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang menyebabkan 43 orang meninggal dunia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Ahad, mengatakan data sementara hingga pukul 07.00 WIB menunjukkan tsunami dan gelombang tinggi telah menyebabkan 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, dan dua orang hilang.
Gelombang tinggi tidak hanya menerjang permukiman, penginapan, dan fasilitas wisata di kawasan pantai barat Banten, namun juga menyapu sebagian kawasan pesisir Provinsi Lampung. Alat pengukur gelombang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi gelombang dengan rata-rata tinggi satu hingga dua meter di wilayah Banten dan Lampung.
Perangkat BMKG merekam ketinggian gelombang di wilayah Serang 0,9 meter pukul 21.27 WIB, Banten 0,35 meter pada pukul 21.33 WIB, Kota Agung-Lampung 0,36 meter pada pukul 21.35 WIB, dan Pelabuhan Panjang 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB. Menurut BMKG itu adalah tsunami.
Puskesmas Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten menerima sebanyak 10 jenazah korban gelombang tsunami. “Dari 10 jenazah itu, diantaranya empat sudah diambil oleh keluarganya,” kata Iwan, seorang petugas Puskesmas Panimbang di Pandeglang, Ahad (23/12).
Puskesmas hingga kini terus meningkatkan pelayanan karena korban tsunami terus berdatangan sejak Ahad dini hari. Saat ini, jumlah pasien korban tsunami tercatat 63 orang dan 10 orang meninggal dunia.
Dari 63 pasien itu, kata dia, kebanyakan mengalami luka patah tulang, luka sayatan hingga sesak nafas akibat banyak mengonsumsi air laut. Saat ini, ujar dia, enam korban tsunami yang meninggal dunia masih dilakukan pendataan karena belum ada keluarganya.
“Semua korban tsunami yang meninggal dunia itu wisatawan Tanjung Lesung yang mengisi liburan panjang,” katanya.
Menurut dia, kemungkinan besar korban tsunami terus bertambah karena kawasan wisata Tanjung Lesung belum dilakukan evakuasi. Selain itu, masih ada personel grup band Seventeen yang menghibur wisatawan Tanjung Lesung juga belum ditemukan.
“Kami berharap cuaca kembali normal sehingga tim relawan bisa melakukan evakuasi dan pertolongan di kawasan Tanjung Lesung,” katanya.
Ia mengatakan, ada pasien yang mengalami patah tulang dan perlu dilakukan rujukan, namun orang tua pasien itu ikut hilang terseret gelombang tsunami. “Kami berharap secepatnya bisa dilakukan tindakan medis dengan rujukan itu,” katanya.
Kru Seventeen Hilang
Perwakilan band Seventeen mengonfirmasi kabar personel dan kru band Seventeen yang menjadi korban tsunami di Tanjung Lesung. Sejumlah kru dan personel band Seventeen masih dilaporkan hilang hingga pagi ini.
Perwakilan band Seventeen, Yulia Dian mengatakan Seventeen saat itu sedang manggung dalam acara gathering PLN di Tanjung Lesung. Sekitar pukul 21.30 WIB, air pasang menyapu bersih panggung yang letaknya sangat berdekatan dengan laut.
“Dari bencana tersebut kami harus kehilangan orang-orang tercinta. Pemain bass kami M Awal Purbani yang biasa disapa Bani, juga Road Manajer Oki Wijaya menghembuskan napas terakhirnya,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (23/12/2018).
Yulia menyebut kejadian berlangsung saat Seventeen baru memulai memainkan lagu kedua. Air pasang naik ke permukaan dan menyeret seluruh orang yang ada di lokasi.
“Saat arusnya surut, anggota kami ada yang bisa menyelamatkan diri, sementara sebagian tidak menemukan tempat berpegangan. Posisi panggung tepat membelakangi laut,” ujarnya.
Ia menjelaskan korban bencana terpencar di klinik-klinik dalam radius dua-tiga kilometer dari lokasi kejadian. Walau begitu, masih ada anggota band Seventeen yang berstatus hilang, yaitu Herman Sikumbang (gitaris), Andi Windu Darmawan (drum), Ujang (kru), dan Dylan Sahara (istri Ifan, vokalis).
“Kami selaku keluarga besar Seventeen Band meminta agar teman-teman tidak menyebarkan foto-foto dari lokasi. Juga untuk tidak menyebarkan isu hoaks. Mohon doanya agar anggota keluarga kami lainnya segera diketemukan,” katanya. (BB-DIO)