BERITABETA.COM, Namrole – Warga Desa Wailikut, Kecamatan Waesama, Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Provinsi Maluku,  Sabtu (23/3/2019) sore sekitar pukul 18.30 Wit, dikejutkan dengan temuan sesosok pria yang terapung di laut antara Desa Wailikut dan Pulau Ambalau.

Pria ini ditemukan oleh nelayan yang sedang mencari ikan. Namun para nelayan takut mendekati pria tersebut, karena membawa parang. Anehnya, sejumlah perlengkapan juga ikut dibawa dalam tas yang terbungkus dengan pelastik.

“Dia berenang dengan perlengkapan yang dibawah berupa tas hitam yang di dalam berisi pakaian, KTP, Peta, Alquran, Obat-obatan, flash disk, memori card HP, hand phone, sejumlah dokumen dan   tongkat kayu yang di lilit dengan kawat, police line serta parang,” kata Danpos 9 Wamsisi SSK II Yonif 711 /Raksatama, Sertu Ahmad Ripandy kepada wartawan di Namrole.

Penemuan pria yang kemudian diketahui bernama Fajar Muhidin (26) ini bermula ketika warga Waelikut sedang mencari ikan di antara perairan Desa Waelikut dan Pulau Ambalau. “Warga takut untuk mendekatinya lantaran pria ini turut membawa parang,”katanya.

Barang bawaan yang dibawah pria misterius Fajar Muhidin yang dibungkus dalam tas pelastik. Pakaian, KTP, Peta, Alquran, Obat-obatan, flash disk, memori card HP, hand phone, sejumlah dokumen dan tongkat kayu yang di lilit dengan kawat, police line serta parang. (FOTO: Istimewah)

Menurut Ripandy, dari ketarangan yang diperoleh , Fajar  berenang menuju Pulau Ambalau dengan menggunakan tas yang di bungkus menggunakan kantong pelastik sebagai pelampung dan sementara terombang ambing di tengah laut.

“Karena pria tersebut membawa parang, jadi warga takut untuk mendekat. Kemudian warga datang ke Pos BKO 711 dan melaporkan kejadian tersebut,” ungkapnya.

Pukul 19.00 Wit, kata Rifandy, pihaknya kemudian melaporkan kepada Komando diatasnya, Kapolsek, Koramil terdekat dan dilanjutkan dengan langkah penyelematan terhadap pria itu dan dibawa bersama warga ke rumah  Salim.

Setelah itu, lanjutnya, pada pukul 20.15 Wit, pria tersebut diintrogasi.  Dari hasil hasil introgasi Fajar mengaku sudah kelilingi Pulau Buru selama kurang lebih 30 hari dengan berjalan kaki dan istrahat di setiap desa yang mau menerimanya serta sesekali berenang ke pulau pulau terdekat. “Motifnya  hanya berpetualangan dan mencari jati diri dan tidak ada paham radikal yang menyimpang,”tandas Rifandi.

Proses tersebut akhirnya diselesaikan di Desa Wailikut.  Fajar yang memiliki teman di Desa Wamsisi bernama Fandi akhirnya menjelaskan kesalahpahaman serta menjemput pria tersebut untuk bermalam di Desa Wamsisi. (BB-DUL)