Biaya Suket Sehat Mencekik, GAMMA Minta Bupati SBB Turun Tangan
BERITABETA.COM, Piru – Pungutan dalam pengurusan Surat Keterangan (Suket) Berbadan Sehat di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dinilai tidak wajar diterapkan kepada masyarakat.
Menyikapi hal ini, Garda Muda Maluku (GAMMA) mendesak Bupati Seram Bagian Barat, Moh. Yasin Payapo untuk menertibkan unit kesehatan yang mengurus proses penerbitan Suket bagi warga ini.
GAMMA meminta dalam kondisi wabah Covid-19, harus pemerintah lebih pekah melihat persoalan ekonomi yang menimpa masyarakat, bukan tambah menyusahkan.
“Masyarakat mengeluh karena sekarang kondisi lagi sulit, jadi masyarakat sudah susah lalu dicekik lagi,” kata Asrul Sanip Kaisuku, Fungsionaris Garda Muda Maluku (GAMMA) kepada media ini, Selasa (9/6/2020).
Kaisuku mencontohkan, Puskesmas Pembantu (Pustu) Lisabata Kecamatan Taniwel yang mengambil pungutan sebesar 25 ribu rupiah untuk satu lembar Suket Berbadan Sehat.
“Pungutan 25 ribu ini memberatkan masyarakat. Kasihan, ada ade-ade yang akan ke Ambon untuk urusan daftar sekolah atau urusan di kampus harus bayar pungutan yang seng wajar,” kesalnya.
Menurutnya, Bupati sebagai kepala daerah harus memberi teguran keras kepada semua unit pelayanan kesehatan di Kabupaten bertajuk ‘Saka Mese Nusa’ yang melakukan pungutan secara tidak wajar.
“Pak Bupati kami minta segera intruksikan Kadis Kesehatan agar menertibkan ini sebagai itikad pemerintahan yang baik. Kami sinyalir temuan di Pustu Lisabata juga terjadi pada puskesmas di kecamatan lainnya di SBB,” ujarnya.
Dia juga menegaskan, kondisi ekonomi masyarakat sangat terpengaruh dengan pandemi Covid-19. Kondisi ini harusnya tidak dimanfaatkan untuk melakukan kebijakan yang menyusahkan rakyat kecil.
“Masyarakat sedang susah. Kalau uang administrasi sekitar 5 ribu untuk ongkos tinta dan kertas masih wajarlah. Kalau 25 ribu itu kasihan orang tua mereka juga lagi kurang,” bebernya.
Diketahui, masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja harian harus hilang atau berkurang pendapatan karena aktivitas kerja tidak normal seperti biasanya.
“Nelayan-nelayan mengeluh harga ikan tuna anjlok. Sopir-sopir angkutan hilang mata pencarian karena sulitnya penumpang. Sementara kebutuhan keluarga harus dipenuhi. Kami minta Pemda juga bisa memberi program subsidi misalnya voucher potongan harga BBM kepada pekerja pengguna BBM seperti Sopir dan Nelayan tuna,” tutupnya. (BB-DIO)