Daeng Herry, Orang Makassar dari Negeri Latu
Daeng Herry datang dengan motor bebeknya, nampak ia mengenakan uniform khasnya topi baret merahnya, rompi yang tersarung ditubuhnya dan kacamata hitam model Rayban. Nampak gayanya yang gammara (bagus).
Sebagai orang yang baru mengenalnya kita sesama teman-teman mahasiswa asal Ambon, hanya berbisik-bisik dalam dialeg Malayu Ambon, “Itu Herry Patty ketua sporter PSM. Antua orang mana, Alang ka, Itawaka?” lantas ada yang menyambung “Seng (tidak) antua (beliau) orang Latu sana”.
Usai pertemuan, ia keluar dari gapura Wesabbe, para abang becak yang sedang parkir disitu begitu menaruh hormat padanya. Kata teman saya yang berada disamping kanan saya, “Orang kanal antua dimana-mana, abang beca jua maar hormati antua.”
Kata sahabat saya yang juga berada disamping kiri saya turut menambahkan, “Mau lawan bos sporter PSM sorong la mati.” Bukan memuji-muji secara berlebihan sosok Daeng Herry, tapi kenyataannya memang demikian, keberadaannya di Kota Daeng itu dihormati oleh warga masyarakatnya.
Daeng Herry adalah pribadi bersahaja, merakyat dan baik hati. Sebulan yang lalu saya baru berteman dengannya di facebook, tidak lama kemudian ia mengirimkan nomor WathsApp-nya ke saya, saya pun demikian.
Tidak ada jarak dengan orang yang baru bersahabat dengannya. Ia selalu membuka ruang komunikasi kapan pun hendak dilakukan dengannya. Tetap bersahaja dan merakyat Daeng Herry.
Barangkali kata-kata yang pas untuk menggambarkan sosok Daeng Herry, dapat ditemukan dalam ungkapan Abdullah Gymnastiar pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di Bandung bahwa, “Budayakan hidup bersahaja dan tinggalkan budaya mewah. Kalaupun harus memiliki barang, pilihlah barang yang mempunyai nilai tambah bukan biaya tambah.” (*)