Di Forum APCS 2019, Solusi Kemacetan di Kota Ambon Jadi Topik Pembahasan
BERITABETA.COM, Brisbane – Kemacetan yang terjadi di Kota Ambon, menjadi salah satu topik yang dibahas dalam Forum Asia Pasific Cities Summit (APCS) 2019 yang diselenggarakan di Kota Brisbane, Australia.
Dengan mengambil tempat di Gedung Convention Center Brisbane, APCS 2019 dibuka secara resmi oleh Walikota Brisbane, Adrian Schinner, Senin (8/7/2019).
Pada even tersebut, Walikota Ambon Richard Louhenapessy juga tampil menyampaikan informasi terkait perkembangan Kota Ambon pasca konflik kemanusiaan dan rencana pengembangan Kota Ambon menuju Kota Cerdas di Indonesia.
Forum dimaksud, membahas sejumlah masalah yang dihadapi setiap kota sekaligus dicari solusi pada forum-forum diskusi terpisah, yang telah diatur panitia.
Melalui forum diskusi terpisah, Delegasi Kota Ambon yang dipimpin Walikota akan bertemu Dewan Kota Brisbane guna membahas solusi dalam mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Ambon.
Kepala Dinas (Kadis) Perhubungan Kota Ambon, Robert Sapulette dalam keterangannya kepada media di Ambon, Selasa (9/7) mengatakan, salah satu solusi yang diambil Kota Brisbane dalam mengatasi kemacetan adalah dengan memanfaatkan transportasi laut berupa Layanan CityCat, SpeedyCat, dan Feri. Menurutnya, hal ini patut ditiru Kota Ambon.
“Kesamaan karekteristik Kota Brisbane dan Kota Ambon akan jadi salah satu solusi. Kota Brisbane dengan sungai besar, sukses mengurai kemacetan dengan layanan CityCat, SpeedyCat dan Ferry. Kita juga bisa memanfaatkan Teluk Ambon,untuk membuat layanan serupa,” kata Sapulette.
Sebagaimana diketahui, Dewan Kota Brisbane mengoperasikan sebanyak 21 Armada CityCats dan 9 Feri Monohull (termasuk City Hoppers). Jaringan 25 terminal terbentang dari The University of Queensland di StLucia (UQSt Lucia), hingga North Shore Hamilton.
Sebagai bagian dari komitmen pemerintah menghadirkan jaringan transportasi umum kelas dunia, Dewan (DPRD) Brisbane memperkenalkan SpeedyCats pada September 2018. SpeedyCats menyediakan 100 layanan jam sibuk ekspres setiap minggu.
Dalam event yang direncanakan berakhir pada hari Kamis, 11 Juli 2019, itu hadir pula Walikota dari pelbagai negara-negara Asia Pacific, seperti Korea, China, Jepang, India, Malaysia dan Indonesia. Untuk Indonesia, diantaranya, Walikota Bogor, Arya Bima; Walikota Ambon, Richard Louhenapessy; Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra; Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina serta sejumlah Walikota lainnya dari Provinsi Sumatera, Kalimatan, NTB dan lainnya mewakili Komisariat Wilayah Apeksi di Indonesia.
Pelaksanaan event internasional APCS 2019 juga menghadirkan narasumber atau pemateri yang terdiri dari orang-orang hebat dengan segudang pengalaman sukses yang telah diraih. Diantaranya: Marc Randolph yang adalah mantan CEO Nettflix. Dalam materinya yang dibawakan pada pembukaan APCS di hadapan para Walikota Se-Asia Pacific mengatakan, Inovasi ada resikonya.
“Jika kita mau berinovasi tentu harus siap mengambil resikonya,tetapi perlu ada toleransi atas resiko itu,” paparnya.
Inovasi, lanjut dia, bisa dimulai dari ide-ide(gagasan),yang sederhana hingga kompleks. “Seperti ungkapan William Goldman: ‘Nobody knows anything’. So, Take a Risk and Do Something (Jadi, Ambil resiko dan lakukan sesuatu),” kutip Marc.
Dikatakan, melatih diri untuk rasa sakit, sudah pasti rasanya tidak nyaman. Melatih diri menemukan ide, baik ide lama maupun ide baru, akan terasa sama,yakni: tidak nyaman.
“Caranya : Brainstorming idea, Analysis idea. Bisa coba-coba ide dan focus pada ide-ide tertentu. Untuk mencoba ide bisa saja terjadi kegagalan, tetapi harus terus diulang untuk mendapatkan pembaruan dalam menyempurnakan ide dimaksud,” ujar Marc.
Sementara Greg Clark salah satu narasumber lainnya dalam paparannya dengan topik: Kota dan Inovasi mengatakan, Kota dengan resiko, urbanisasi, karbon atas perubahan iklim dan lain-lain, harus mendorong inovasi.
“Jadi Pemda Hadir untuk bukan saja menyelesaikan permasalahan. Tetapi juga untuk inovasi, kerjasama guna mewujudkan perubahan teknologi,” terang Greg.
Dikatakan,revolusi industry 4.0 merupakan era digital untuk layanan, seperti kota dengan transportasi atau mobilitas yang digital.
“Industri 4.0 Kota Digital. Kedepan industry 5.0 Kota Automatisasi dengan teknologi, smart city, sustainable city dan sebagainya,” ujar Greg, seraya menambahkan. ada juga teknologi layanan masyarakat, seperti integrasi ruang kota yang keterkaitan dengan kota-kota disekitarnya,”ucapnya.
Karena itu, Greg bertanya, kenapa harus kota berinovasi? Menurut dia, perubahan itu terjadi terus menerus dan masyarakat mengharapkan layanan yang baik.
“Seperti zero carbon cities 2050. Kota dengan ekonomi sharing. Jadi semua warga memberikan sumbangan untuk pembangunan ekonomi,” katanya (BB-DIAN)