BERITABETA.COM, Ambon – Arahan atau pesan  Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Inpex selaku operator Blok Masela agar pengembangan Blok Gas Abadi Masela dapat memaksimalkan konten maupun tanaga kerja lokal, mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Ketua DPD KNPI Maluku Subhan Pattimahu dalam rilisnya yang diterima beritabeta.com, Kamis malam (25/7/2019) mengatakan, untuk mewujudkan keinginan itu, masyarakat Maluku memiliki hak untuk mengawasi atau mengontrol semua  yang dianggap penting bagi kepentingan daerah di mega proyek Blok Gas Abadi Masela kedepan.

Menurut Subhan, pesan Presiden Jokowi itu patut mendapat respon dari masyarakat Maluku dengan melakukan pengawasan terhadap proses pengembangan Blok Gas Abadi Masela. Tentunya, masyarakat juga patut tahu secara detail tentang konten lokal dan tenaga kerja lokal dimaksud.

“Saya kira pesan ini cukup dipahami oleh kalangan elit, namun untuk masyarakat di level bawah harus pula mendapat penjelasan, terkait isi pesan dimaksud. Misalnya, kapan tenaga kerja lokal itu direkrut, berapa jumlahnya selain itu apa saja yang dimaksud dengan konten lokal itu,” tandasnya.

Untuk itu, kata Subhan, tidak ada salahnya masyarakat Maluku mendapat informasi secara rinci, mungkin ada semacam sosialisasi termasuk apa saja keuntungan yang akan diterima daerah bila pengembangan Blok Gas Abadi Masela itu sudah jalan.

Subhan mengatakan, dengan total investasi pengembangan Blok Masela mencapai USD 18,5-19,8 atau setara dengan Rp. 267,8 trilliun,  tentunya sangat benar,  karena ini merupakan investasi terbesar dan simbol pembangunan di Indonesia timur setelah Freeport Indonesia.

“Kita tidak ingin apa yang diimpikan masyarakat di daerah ini, hanya sebatas statemen tapi bentuknya harus jelas dijabarkan agar SDM di Maluku bisa mempersiapkan diri untuk menyambut peluang ini,” jelasnya.  

Untuk itu, tambah Subhan, pihaknya akan terus memantau dan mengikuti proses pengembangan Blok Gas Masela ini, sebagai bagian dari usaha mengontrol  terwujudnya arahan yang disampaikan Presiden Jokowi kepada pihak Inpex itu.

“Jangan lupa sebagai masyarakat adat tentunya masyarakat Maluku punya hak untuk mengontrol segala bèntuk investasi yang berada di tanah ulayat.  Bahwa semua masyarakat di negara ini sama,  akan tetapi kita punya hak untuk mendapatkan perlakuan yang layak,  karena perbedaan yang kita miliki yakni di tanah kita tersimpan sumber daya alam yang  melimpah salah satunya adalah blok Masela ini,”tegasnya.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto manfaat bagi hasil dari investasi di Blok Masela, Indonesia akan mendapatkan bagi hasil minimal 50% dari produksi Blok Masela.

Jika investasi bisa lebih rendah dari US$ 19,8 miliar, bagi hasil yang didapat pemerintah bisa lebih besar. Sebab, pemerintah menerapkan skema sliding scale dalam kontrak bagi hasil cost recovery Blok Masela.

SKK Migas pun menargetkan produksi blok tersebut bisa mencapai 10,5 ton LNG per tahun yang dimulai pada kuartal II 2019. Produksi tersebut terdiri dari LNG sebesar 9,5 MTPA atau setara 330 ribu boepd dan gas pipa sebesar 150 MMscfd atau setara 1 juta ton LNG per tahun.

Total produksi gas kumulatif Blok Masela dari 2027 hingga tahun 2055 mencapai 16,38 TSCF dengan total gas yang dijual sebesar 12,95 TSCF. Selain itu, Blok Masela menghasilkan kondensat dengan kumulatif produksi sebesar 255,28 MMSTB.

SKK Migas menetapkan asumsi harga minyak sepanjang produksi Blok Masela di kisaran US$ 65/barel. Dengan begitu, harga LNG berkisar US$ 7,4/ mmbtu dan gas pipa US$ 6 per mmbtu. Dengan asumsi harga tersebut, pemerintah akan menerima sekitar US$ 39 miliar atau setara Rp 542,49 triliun sejak Blok Masela berproduksi pada 2027 sampai 2055. 2.

Sedangkan, pemerintah daerah yang berhak atas hak partisipasi 10% Blok Masela juga akan menerima sekitar US$ US$ 3,7 miliar selama blok tersebut berproduksi. Sedangkan kontraktor Blok Masela akan menerima sebesar US$ 33,3 miliar.

“Ini break the ice. Ini di Indonesia bagian timur, di laut dalam. Sehingga tidak ada lagi keraguan bahwa investasi deep water di Indonesia ekonomis apa tidak,”kata Dwi.

Selain itu, ada potensi pengembangan industri petrokimia di sekitar fasilitas LNG darat Blok Masela. Sebab, pemerintah telah mengalokasikan gas pipa sebesar 150 mmscfd untuk industri dalam negeri.

“Dengan di onshore, industri petrokimia akan tumbuh cukup cepat. Di proyek ini juga sudah ada yang minta,” ujar Dwi.

Sementara itu, proyek Blok Masela diproyeksi membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Rata-rata jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk proyek Blok Masela mencapai 73.195 orang per tahun. Pada masa konstruksi dibutuhkan pekerja 91.719 orang per tahun dan pada masa operasi sebanyak 66.838 orang per tahun.

“Untuk itu kita patut tahu berapa jatah jumlah tenaga kerja lokal yang akan diserap dari proyek ini. Agar SDM asal Maluku dapat mempersiapkan diri menyambut peluang dalam pengembangan Blok Gas Abadi Masela ini,” tutup Pattimahu (BB-DIO)