Hasil penelitian lima mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yakni Dindin Hidayatul Mursyidin, Salahuddin Muhammad, Dian Pribadi Perkasa, Sekendriana, dan Prabowo, menunjukkan bahwa undur-undur laut mengandung lemak total antara 17,22-21,56 persen.

Kandungan asam lemak omega-3 total (EPA dan DHA) juga cukup tinggi, berkisar antara 7,75-14,48 persen lebih tinggi dibandingkan dengan jenis crustacea lain seperti udang, lobster, dan beberapa jenis kepiting.

Kandungan EPA (6,41-8,43 persen) lebih tinggi daripada DHA (1,34 – 6,57 persen). Penelitian kelima mahasiswa ini telah dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Surakarta.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, undur-undur dapat dikonsumsi langsung. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan gizi yang lain, seperti mineral atau protein. Juga mengenai senyawa yang merugikan seperti logam berat dan racun.

Hasil penelitian lain menyatakan, binatang ini berfungsi sebagai antidiabetes karena mengandung sulfonilurea. Zat ini melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin.

Ketika insulin dalam tubuh menurun, sementara kadar glukosa darah meningkat, akan terjadi ketidakseimbangan. Insulin sebagai penghasil energi berkurang, sehingga tubuh mudah terkena penyakit.

Sulfonilurea termasuk agen oral hipoglikemik (zat yang berfungsi menurunkan glukosa darah) pada pengidap diabetes tipe-2. Sulfonilurea meningkatkan pengeluaran hormon insulin oleh pankreas.

Adanya asam lemak omega-3 dalam undur-undur diyakini dapat menaikkan kadar insulin, sehingga bisa menurunkan kadar gula pada pasien DM. Walaupun sudah terbukti khasiatnya, undur-undur sebagai obat alternatif bagi diabetesi masih menjadi polemik di dunia kedokteran (*)

Editor : Redaksi