Indonesia ‘Surga’ Narkoba, 5,9 Juta Anak Jadi Pecandu
BERITABETA, Jakarta – Sebuah angka yang fantastic mengerikan diungkap, membuat nusantara ini patut disebut sebagai ‘surga’ bagi pengedar narkoba. Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Sri Danti Anwar menyebutkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 5,9 juta anak Indonesia merupakan pecandu narkoba.
Dari angka itu 24 persen di antaranya merupakan pelajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.
Sri Danti mengatakan masalah penyalahgunaan narkoba merupakan pekerjaan rumah bersama yang penyelesaiannya membutuhkan keterlibatan seluruh elemen bangsa.
“Ini pekerjaan rumah kita bersama, semua elemen bangsa harus bergandengan tangan mengatasinya, tidak bisa dikerjakan sendiri,” kata Danti dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Ahad (18/11/2018).
Pemerintah melalui BNN sedang menyosialisasikan program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba ke seluruh lapisan masyarakat. “Termasuk, yang ada di kabupaten/kota,” jelas Danti.
Dalam kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak, ia mengatakan, peran keluarga menjadi yang paling utama. Sebab, keluarga menjadi pihak pertama dan paling dekat yang bisa mengawasi dan melindungi anak dari bahaya narkoba
Keluarga berperan penting dalam upaya menyelamatkan masa depan 87 juta anak Indonesia dan masa depan bangsa dari ancaman narkoba.
Penyelundupan narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia diperkirakan jumlahnya jauh lebih besar dibanding keberhasilan aparat membongkar kasus-kasus seperti ini, kata seorang mantan pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Yang lolos justru lebih banyak,” kata mantan Direktur Penindakan BNN, Benny Jozua Mamoto, seperti dikutip BBC Indonesia, awal 2018.
Tiga pekan di awal tahun 2018 silam, lebih dari dua ton narkoba berhasil dibongkar oleh aparat keamanan, termasuk penyelundupan sekitar satu ton narkoba jenis sabu dari Cina di perairan Batam, Kepulauan Riau.
Menurut Benny Mamoto, dari survei BNN, keberhasilan aparat penegak hukum mengungkap penyelundupan narkoba ‘baru sekitar 10%’.
Kenyataan ini, menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan wilayah sasaran penyelundupan jaringan narkoba internasional, karena permintaan konsumsi narkoba masih tetap tinggi.
“Karena pasar tidak berhasil ditekan, jadi angka permintaan tetap tinggi,” tegas Benny.
Dan ketika permintaan tetap tinggi, lanjutnya, maka para sindikat internasional akan terus “menggelontorkan dengan 1001 macam cara, 1001 macam jalur, 1001 macam modus, agar narkoba sampai ke pasar Indonesia”.
Di sisi lain pemerintah Indonesia, melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani, tidak memungkiri bahwa Indonesia saat ini mendapatkan ‘banjir narkoba yang tiap hari terus meningkat’.
Sri Mulyani mengutarakan hal itu saat jumpa pers bersama Kapolri Jendral Tito Karnavian di pelabuhan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau.
Kepala BNN Budi Waseso juga menegaskan penyelundupan sabu yang digagalkan aparat kurang dari 10% dari yang berhasil masuk, “Kalau ada kapal yang tertangkap, kapal lain bergerak.”
Data BNN menunjukkan saat ini sindikat asal Malaysia, Taiwan, Cina merupakan yang paling gencar menyelundupkan narkoba ke Indonesia. Dan jalur laut dianggap sebagai jalur yang paling sering digunakan.
“Di tingkat dunia, 80% penyelundupan narkoba lewat laut, karena bisa skala besar, seperti ditemukan di sekitar Batam belakangan ini,” ungkap Benny Mamoto.
Mengapa Indonesia menjadi sasaran sindikat narkoba? Kenyataan Indonesia merupakan'”surga bagi peredaran narkoba’, menurut Benny, antara lain didasarkan pengalamannya saat memeriksa buronan pengedar narkoba asal Iran.
Dia memeriksa yang bersangkutan di sebuah penjara di Bangkok, Thailand, “Pertanyaan kami, kenapa Anda menyasar Indonesia?”
“Dia dengan tenang menjawab: ‘saya orang bisnis, saya melihat Indonesia pasar yang bagus. Angka permintaannya naik terus, harganya bagus, dan hukum bisa dibeli,” ungkap Benny menirukan jawaban sang buronan tersebut.
Untuk itulah, Benny meminta pemerintah melakukan evaluasi secara komprehensif untuk menjawab kenapa narkoba masih terus diselundupkan ke wilayah Indonesia.
“Evaluasi penting untuk melihat titik lemah yang perlu diperbaiki,” katanya.
Dia kemudian mengingatkan bahwa penanganan kejahatan narkoba harus melibatkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk upaya pencegahan dan rehabilitasi yang berkesinambungan dan masif.
“Kita nyaris hanya menyaksikan di layar kaca atau membaca di media tentang berton-ton sabu diungkap, tapi nyaris tidak melihat, misalnya, sejauh mana menekan permintaan dan bagaimana melakukan rehabilitasi (pengguna narkoba),” paparnya. (BB-DIO-ADIS)