Kisah Nakamura, 30 Tahun Bersembunyi di Hutan Morotai (Bagian-2)
Beberapa anggota terpaksa menggunakan golok untuk menebas ular-ular yang sedikit mengganggu, terutama ular berkaki empat yang sebetulnya adalah kadal ular (Lygosoma quadrupes).
Tantangan berikutnya adalah mendaki bukit berbatu dan licin oleh lumut dan air. Untuk kedua kalinya anggota yang membawa kamera kembali terpeleset sehingga kamera yang dibawanya terbentur batu dan kembali kemasukan air.
Apa boleh buat, sejak itu kameranya mati total. Perjalanan melewati medan naik turun membuat stamina anggota melorot. Lebih-lebih di ketinggian itu sudah tidak terlihat sumber air, sementara persediaan yang dibawa mulai menipis.
Anggota yang kehausan mencoba mendapatkan air dari akar pohon yang mencuat ke atas atau dari rotan yang dipotong. Soepardi memaklumi beberapa anggotanya yang sudah kelelahan, karena mereka bukan berasal dari korps pasukan yang sudah dibekali latihan berat.
Mereka adalah staf yang sehari-harinya melakukan pekerjaan kantor. Namun seberat apapun perjalanan pasti ada ujungnya. Akhirnya tim sampai di tempat tertinggi di Gunung Galoka dan langsung beristirahat. Jam di tangan menunjukkan pukul 16.00.
Setelah meneruskan perjalanan, sekitar pukul 17.05 mereka sampai di sebuah lembah yang tampak tenang, aman, dan tersembunyi. “Di tempat itulah kami berhenti untuk mengatur siasat, karena tempat itu sudah dekat dengan persembunyian Nakamura,” kata Soepardi.
Ia lalu memerintahkan empat orang mengintai sasaran. Dua jam kemudian keempat anggotanya kembali dan melaporkan bahwa target ada di sasaran. Soepardi memerintahkan, mulai saat itu tidak seorangpun boleh menyalakan api atau merokok dan berbicara dengan nada tinggi. Soepardi menekankan sekali lagi untuk menghindari konfrontasi dan dapat membawanya dengan selamat ke Lanud.
Timbul di pikirannya untuk menyanyikan lagu kebangsaan Jepang dan lagu angkatan perang Jepang. Ide ini ia sampaikan kepada tim. Ia tahu di antara anggota tim ada yang bisa berbahasa Jepang yaitu Serma Anthony dan yang lainnya juga bisa meski sepotong-sepotong.
Dengan tetap menjaga kerahasiaan, merekapun mulai berlatih vokal grup dadakan lagu-lagu Jepang. Lalu ia tunjuk tiga orang membawa bendera yaitu Merah Putih, bendera Jepang, dan bendera putih yang sudah disiapkan. Ketiga orang itu adalah Serma Anthony membawa Merah Putih, Serda Nayoan membawa bendera Jepang, dan Gayus membawa bendera putih.
Pukul 04.00, semua anggota sudah siap makan pagi. Pukul 05.00 melaksanakan apel pagi sekaligus dalam rangka pengecekan kelengkapan perorangan, khususnya senjata dan amunisi. Sebelum berangkat, mereka berdoa.
Kurang lebih dua jam perjalanan, tibalah mereka di sebuah ketinggian, sekitar 300 meter dari sasaran. Sambil menarik napas akibat pendakian, sebagai komandan tim Soepardi melihat dan mempelajari situasi di sekitar.
Pada saat itulah ia mendengar suara keras menyerupai babi hutan dan burung bersahutan. Setelah diperhatikan, suara tersebut bersumber dari seseorang tanpa busana sedang memotong bambu.