Rupanya ini taktiknya agar tidak diketahui orang lain bahwa ada orang sedang memotong benda, akan tetapi tersamar dengan suara-suara menyerupai binatang. Terlihat sekali orang misterius itu sudah sangat menyatu dengan alam, layaknya Tarzan di komik.

Setelah mengatur anggotanya menjadi tiga kelompok, tepat pukul 08.00, kelompok pertama mulai menyanyikan lagu Kimigayo. Dengan spontan, tangan kiri Nakamura langsung memegang kemaluannya karena telanjang, sedang tangan kanannya memegang parang dengan sikap sempurna, menghadap bendera yang dibawa kelompok pertama yang sedang menyanyikan lagu.

Selesai menyanyikan Kimigayo dilanjutkan lagu Mioto Okaino yang merupakan lagu angkatan perang Jepang. Belum selesai lagu dinyanyikan, orang itu kelihatan tegang dan menunjukkan sikap marah.

Sambil berlari kecil orang itu mengayunkan parangnya, berusaha menuju gubuknya. Kurang lebih lima meter dari gubuknya, semua pasukan serentak berteriak, “angkat tangan!”

Nakamura langsung mengambil sikap menyerang ke arah tim yang mengelilinginya. Serma Anthony yang paling dekat dengannya cepat memeluk, sedang yang lain merampas parangnya. Untuk menurunkan emosinya, mereka beramai-ramai mengangkatnya tinggi-tinggi dan diturunkan kembali, hal ini dilakukan berulang ulang.

Setelah melunak, Soepardi melalui penerjemah Serma Anthony, menanyakan namanya yang dijawabnya Nakamura. Kemudian ia menanyakan, apakah tentara Sekutu masih ada?

Anggota tim meyakinkan kepadanya bahwa tentara Sekutu sudah tidak ada, yang ada Indonesia Merdeka, sambil memperlihatkan foto Presiden Soeharto dan foto Jenderal Kawashina, bekas komandan Jepang di Morotai, yang sebulan sebelumnya berkunjung ke Morotai. Nakamura masih ingat, wajah di foto itu adalah bekas komandan kompinya semasa perang yang saat itu berpangkat mayor. Air matanya mengucur.

Soepardi kembali bertanya, apakah ia mempunyai senjata, yang dijawab punya, di dalam gubuk. Senjata itu kemudian diambil. Tim dibuat kagum karena senjata itu masih terawat dan berfungsi dengan baik. Larasnya sangat bersih, menandakan selalu dibersihkan dengan minyak babi hutan yang banyak tersimpan di dalam veldples. Ditemukan pula 18 butir peluru yang masih bagus.

Ketika anggota tim membawa senjata dan keluar dari gubuknya, wajah Nakamura mendidih. Ia marah tetapi tidak berdaya. Demi mendinginkan hatinya, Soepardi meminta anak buahnya menyanyikan lagu-lagu Jepang dan memberinya sebatang rokok.

Lambat laun ekspresi wajahnya melunak dan dengan suara lirih ikut menyanyikan lagu bersama tim, meskipun dengan bibir bergetar. “Kami kagum kepada Nakamura, karena kondisinya pada saat itu sangat sehat, rambutnya terpotong rapi, dan kulitnya kelihatan bersih,” ingat Soepardi.

Di samping lega dapat menangkapnya hidup-hidup tanpa perlawanan, dalam kondisi telanjang bulat, otomatis gerakan Nakamura tidak bebas. Maka salah seorang anggota tim rela membuka celananya dan memberikannya. Celana dipakainya, meskipun pemberi celana hanya memakai celana dalam. Ini membuktikan Nakamura masih normal.