Kisah Nakamura, 30 Tahun Bersembunyi di Hutan Morotai (Bagian-2)

Meskipun Nakamura kooperatif, Soepardi meminta anak buahnya untuk tidak mengendurkan kewaspadaan. Sebelum meninggalkan lokasi, Nakamura meminta kami memberi hormat kepada kebun dan gubuknya. Ketahanan fisiknya luar biasa, lebih-lebih saat rombongan menyusuri sungai dan mendaki bukit. Nakamura bahkan sering membantu anggota AURI yang kelelahan.
Pukul 20.30, rombongan tiba di sebuah kebun rakyat. Kebetulan pemilik kebun memiliki radio, dan kami berhasil menangkap gelombang radio Tokyo. Untuk pertama kali setelah 30 tahun, Nakamura mendengar siaran radio dari Negeri Matahari Terbit.
Menjelang tengah malam, Soepardi mengatur anggotanya untuk berjaga. Pada suatu saat, Nakamura tiba-tiba berteriak sambil menutup wajahnya terutama kedua matanya.
Ternyata ia tidak tahan sinar terang dari lampu di dalam gubuk. Sebaliknya dengan kondisi remang-remang, Soepardi justru curiga, apakah ini taktiknya untuk melarikan diri. Lepas tengah malam, Soepardi mencoba memeriksa Nakamura. Didapatinya bekas tentara Jepang itu tertidur pulas, mungkin lelah berjalan seharian.
Menjelang pukul 06.00 semua sudah bangun dan bersiap sarapan pagi. Soepardi meminta Nakamura mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah atas makan pagi yang disiapkan.
Setelah apel pagi dilanjutkan doa, semua berpamitan kepada tuan rumah. Tepat pukul 07.00, mereka meningggalkan tempat itu untuk melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pilowo.
Dua jam perjalanan ke Pilowo, di tempat itu rombongan mendapat sambutan hangat dari penduduk. Mereka mengerumuni rombongan yang membawa Nakamura. Kepala kampung Pilowo bergegas menyiapkan motor tempel lengkap dengan perahunya. Ketika motor bergerak dan bendera Merah Putih dan Hinomaru mulai berkibar, Nakamura meminjam teropong Soepardi.
Ia gunakan untuk melihat gunung tempat ia bersembunyi, tempat ia hidup menyendiri tanpa wanita selama 30 tahun. Keharuan tersendiri atau lebih tepat puisi hidup di dalam jiwa prajurit Jepang itu. Perahu tiba di Daruba, ibu kota Kecamatan Morotai Selatan. Lebih banyak lagi warga menyaksikan kedatangan Nakamura.
Karena kamera yang dibawa rusak, Soepardi meminjam kamera salah seorang warga untuk meliput peristiwa itu sebagai dokumentasi. Tiba-tiba badan Nakamura berkeringat dan menjadi tegang.
Rupanya karena melihat banyaknya manusia, sesuatu yang tidak pernah ia alami selama puluhan tahun. “Ia memegang erat tangan saya seolah minta perlindungan.” Dari Daruba tim berjalan menuju Lanud Morotai.
Setibanya di Lanud, rombongan disambut komandan beserta staf yang selanjutnya berdoa atas suksesnya operasi. Komandan mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh tim atas keberhasilan yang diperoleh, sesuai perintah yang diberikan, yakni menangkap Nakamura dalam keadaan hidup.
Nakamura dibawa ke mess perwira. Ia masih diliputi rasa ketakutan adanya hukuman atau pembunuhan atas dirinya. Ia juga terlihat masih belum nyaman dengan banyaknya orang di sekitarnya.