Kisah Nakamura, 30 Tahun Bersembunyi di Hutan Morotai (Bagian-2)

Untuk sementara Nakamura tinggal di Morotai bersama keluarga Soepardi. Selama itu, Nakamura tidak mau tinggal diam. Ia selalu mencari kesibukan, antara lain mencabut rumput di halaman sampai bersih dan membelah kayu bakar.

Saat Soepardi melarangnya membelah kayu, Nakamura malah menjawab kalau tidak bekerja badannya sakit. Dengan keberadaan tamu asing, rumah Soepardi selalu ramai dikunjungi warga sekitar terutama ibu-ibu dan nona-nona. Serma Anthony selalu mendampingi sebagai penerjemah.
Untuk menunjukkan ia laki-laki normal, Nakamura menceritakan bahwa ia punya tunangan di Desa Sangowo bernama Hanifah, 30 tahun yang lalu.
Pada perayaan Natal, 25 Desember 1974, Nakamura dikunjungi para pemuda. Ia terlihat kikuk saat duduk di dekat para gadis.
Saat kunjungannya ke Morotai, KSAU Saleh Basarah dan Ketua G-I/Intel Hankam Mayjen Benny Moerdani menyatakan kekagumannya kepada anggota tim yang bisa menguasai diri dan menemukan Nakamura.
Meski kagum, Pak Benny tidak menutupi kekecewaannya karena momen yang sebaik itu tidak terdokumentasi dengan baik karena rusaknya kamera. Pak Benny lalu menghadiahkan sebuah kamera kepada komandan Lanud Mayor (Pas) Sutadji. Setelah melewati masa orientasi di Morotai, 29 Desember 1974, Nakamura diterbangkan ke Jakarta didampingi tim gabungan Pemerintah Indonesia dan Jepang. Tidak ketinggalan Soepardi.
Dari Lanud Halim Perdanakusuma, Nakamura dengan menumpang ambulan dibawa langsung ke Rumah Sakit Pelni di Petamburan, Jakarta untuk pemeriksaan kesehatan. Selama di rumah sakit, Nakamura didampingi dr. Ogura dari Jepang, seorang dari kementerian kesehatan Jepang, tim keamanan dari Dephankam, dan tentu saja Soepardi.
Selama di RS Pelni, keberadaan Nakamura menarik perhatian khususnya dari wanita. Para juru rawat banyak yang minta tanda tangannya. Di antara perawat, satu orang di antaranya menarik hati Nakamura. Namanya Emmy. Suster Emmy meminta tanda tangannya di buku hariannya. Nakamura menuliskan kata-kata mesra dalam huruf kanji.
Setelah diterjemahkan dr. Ogura, kurang lebih isinya: “tadi malam saya mimpi jalan-jalan dengan Emmy, kemudian saya mengucurkan air mata karena jatuh cinta”. Setelah dianggap sehat, mulai disiapkan proses pemulangan Nakamura ke Jepang. Namun pemerintah Jepang tidak bersedia menerimanya sebagai warga negara mengingat asalnya dari Taiwan.
Berdasarkan Perjanjian 1951 antara Jepang dan Taiwan, dinyatakan bahwa semua bekas warga negara Taiwan yang menjadi serdadu Jepang, akan dikembalikan ke Taiwan.
Kebetulan Nakamura ingin kembali ke tanah leluhurnya. Dengan keputusannya kembali ke Taiwan, Nakamura kemudian diberi paspor Taiwan dan berganti nama menjadi Lee Kwang Hwie.