BERITABETA.COM – Hasil penelitian Profesor Marilyn Cornelis dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Chicago, Amerika Serikat mengungkap sebuah fakta bahwa mengonsumsi kopi dan sayuran dapat memberikan perlindungan atau menurunkan resiko terpapar  Covid-19.

Hasil studi Profesor Marilyn Cornelis ini juga mempelajari makanan lain seperti daging olahan, buah, teh, dan daging merah. Studi tersebut melibatkan hampir 38.000 peserta yang telah menerima tes Covid-19, dengan sekitar 17 persen peserta dinyatakan positif terpapar virus.

Fakta ilmiah mengungkap,  mengonsumsi satu cangkir atau lebih kopi dalam sehari dikaitkan dengan penurunan 10 persen risiko Covid-19, jika dibandingkan dengan mengonsumsi kurang dari satu cangkir kopi setiap harinya. Jumlah kafein yang lebih besar dalam kopi, membuat minuman ini dinilai protektif terhadap virus dibandingkan teh.

Nutrisi, kata Marilyn mempengaruhi kekebalan dan nutrisi dapat berperan dalam infeksi Covid-19.

“Kami tahu bahwa Covid-19 merupakan penyakit menular, mirip pneumonia atau jenis infeksi pernapasan lainnya. Kami tahu bahwa kekebalan memainkan peran penting dalam kemampuan untuk memerangi beberapa penyakit menular. Nutrisi memengaruhi kekebalan,” ujarnya dilansir seperti dikutip dari kompas.com yang dilansir webmd.com, Minggu (25/7/2021).

Penelitian dilakukan menggunakan data UK Biobank untuk memeriksa hubungan antara perilaku diet dari tahun 2006-2010 dan infeksi Covid-19 dari Maret-November 2020, pada orang yang sama.

Para ahli melihat secara khusus pada makanan yang terbukti memberikan pengaruh terhadap sistem kekebalan dalam penelitian sebelumnya pada manusia dan hewan.

Menurut Cornelis, kopi mengandung lebih banyak polifenol, khususnya asam klorogenat, yang sebenarnya merupakan konstituen yang relatif unik dari kopi. Sementara itu, mengonsumsi setidaknya dua pertiga porsi sayuran matang atau mentah setiap hari (tidak termasuk kentang), turut dikaitkan dengan penurunan risiko infeksi corona. Namun, memakan daging olahan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi, dan tidak berlaku bagi daging merah.

Daging olahan dapat meningkatkan kerentanan terhadap virus corona. Ia  menambahkan, mengonsumsi banyak sayuran nampaknya turut menurunkan risiko terinfeksi kaitannya dengan kekebalan. 

Kendati begitu, belum diketahui pasti mengapa faktor-faktor makanan ini berbeda terhadap perlindungan Covid-19 dan perlu digarisbawahi bahwa penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung.

“Beberapa temuan ini hanya merupakan indikator kebiasaan makan yang baik. Saya pikir itu hanya berbicara tentang pentingnya nutrisi yang baik, tidak hanya untuk Covid-19 tapi untuk kesehatan secara keseluruhan,” papar Cornelis.

Hasil Penelitian Amin O. Elzupir

Sebelumnya,  salah hasil penelitian yang ditulis oleh Amin O. Elzupir dari Imam Mohammad Ibn Saud Islamic University, Arab Saudi, dan dimuat dalam Journal of Biomolecular Structure and Dynamics juga menyebutkan mengkonsumsi kopi dapat mencegah  terinfeksi Covid-19.

Tulisan Elzupir menjadi viral setelah diunggah oleh seorang dokter di media sosial Twitter @GiaPratamaMD.

“Kopi dalam dosis tertentu berpotensi mencegah Covid dengan cara menghambat proteasenya virus corona menempel pada sel kita,” tulisnya.

Dalam jurnal yang dipublikasikan Oktober lalu, Elzupir meneliti efek penghambatan protease SARS-CoV-2  (3CL pro) dengan menggunakan obat-obatan yang mengandung kafein (3CPs).

Hasilnya, tujuh dari obat yang diteliti menunjukkan hasil baik. Obat-obatan itu menampilkan afinitas pengikatan yang baik terhadap residu katalitik dari 3CL pro. Maka, virus corona pun berpotensi dapat dicegah.

Menanggapinya, dr. Dyah Novita Anggraini mengatakan, masih perlu penelitian lanjutan atas riset tersebut. Dia juga menggarisbawahi bahwa penelitian Elzupir berfokus pada kandungan kafein; bukan pada kopi sebagaimana yang diperbincangkan sebagian warganet.

“Bukan fokus ke kopi, karena kopi banyak jenisnya. Sedangkan yang diteliti hanya kandungan kafeinnya saja,” terang dr. Dyah Novita dikutip dari klikdokter.com. 

Novita menambahkan,  Elzupir sendiri menyebut di akhir penelitiannya bahwa dia masih menggunakan metode in silico (memakai simulasi komputer). Elzupir menambahkan, penggunaan kafein untuk pengobatan Covid-19 baru dapat direkomendasikan setelah dilakukan validasi melalui uji  in vitro, in vivo, dan uji klinis (uji langsung pada manusia).

“Bukan fokus ke kopi. Karena kopi memiliki dosis kafein yang berbeda-beda, tergantung jenisnya. Sedangkan yang diteliti (dalam penelitian Elzupir) hanya kafeinnya saja,” terang dr. Dyah Novita (BB-RED)