Ada tradisi memasang Fanus di tengah kota Mesir hingga kini. Fanus adalah sebuah lentera raksasa yang menjadi tradisi tua di awal malam Ramadhan.

Pada masa Khalifah Al Muiz Li Dinillah (358 H),  masyarakatnya begitu bersemangat menyambut datangnya malam pertama Ramadhan. Dalam keremangan malam, mereka membawa lentera - lentera menghidupi malam - malam bulan suci umat Islam.

Sejak saat itu, Khalifah memerintahkan untuk memasang lentera di sepanjang jalanan kota,  selama puasa sebulan penuh. Mesir mempunyai seorang Saif ad-Din Qutuz. Beliau laksana lentera di keremangan malam.

Ketika satu persatu daulah Islam terkoyak tentara Hulagu, muslimin terpuruk ketakutan. Beliau buktikan dunia Islam belum mati. Api jihad itu perlu disulut.

Hari ini, musliminpun demikian. Seakan menyerah . Terpesona dengan peradaban dan teknologi serba canggih. Semangat jihadpun berganti hiburan. Semua yang tercium wangi Islam disemprot berbungkus kata - kata radikal seakan aroma busuk yang harus dilenyapkan.

Muslimin tersungkur dalam ketidak berdayaan. Serba tak mungkin ! Ketika narasi - narasi kemenangan mulai ditiupkan, sejarah gemilang dibaca kembali, banyak yang mengatakan : " Itu dulu, bro ! Dunia telah berubah ".

Apanya yang berubah ?

Apanya yang berbeda ?

Matahari masih bersinar, terbit daru ufuk yang sama. Bumi masih dalam lintasannya. Sunatullah masih berjalan di permukaan bumi. Al - Qur'an dan Hadits tak berubah.

Bergabunglah dalam barisan muslimin. Gelombang hijrah tampak  semakin membesar. Kenali agama ini agar tak salah tujuan. Jangan beri kesempatan musuh memenggal saf - saf  kita dari dalam. Lalu kitapun saling  menghantam, menusuk bahkan rela memakan bangkai saudara sendiri.

Temans, singkirkan rasa saling benci, saling hasud, saling hasad, saling sikut diantara kaum muslimin. Semoga Allah mudahkan niat baik sesama muslim, mengikatkan hati kita dengan tali cinta-Nya. Cinta yang membawa kesejukan dalam jiwa - jiwa yang kerontang ilmu.

Ketahuilah, sejarah tak pernah menyimpan cerita para pecundang meskipun mereka dihadirkan di  permukaan bumi Allah.

Kita memang membutuhkan seorang Saif ad-Din Qutuz,  penyulut ghirah kaum muslimin. Seperti Fanus raksasa yang bertengger di tengah kota bumi Kinanah sepanjang Ramadhan.  Wallahu a'lam bishowab (*)

Geldrop, 17 Ramadhan 1442 H.