BERITABETA.COM, Jakarta – Pemerintah menggandeng tiga perguruan tinggi yakni  Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dalam menggarap proyek pengadaan Laptop Merah Putih.

Laptop hasil karya anak bangsa yang diberinama Laptop Diktiedu ini masih terus disempurnakan agar bisa sampai ke pasar tahun ini, targetnya tahun ini akan diproduksi sebanyak 10.000 unit. Barang baru itu, akan dibenderol dengan harga Rp5 juta per unit.

Sekretaris Direktur Jenderal Dikti, Paristiyanti Nurwardani mengatakan, proyek pembuatan laptop Merah Putih ini merupakan lanjutan dari proyek Tablet Diktiedu yang sudah dihasilkan tahun lalu.

Di mana, tahun ini sudah didistribusikan kepada pelajar di wilayah 3 T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal).

"Konsorsium dibentuk setelah ITB sukses membuat Tablet Diktiedu yang berisi 300 e-Modul untuk 5 prodi di Daerah 3T. Di mana mahasiswa tidak terjangkau internet, blank spot dan kurang mampu," katanya dikutip dari liputan6.com.

Adapun daerah yang sudah menerima Tablet Diktiedu adalah Maluku Utara, Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Dengan Tablet tersebut mahasiswa dapat belajar sacara PJJ. Saat ini sudah dikirim 3.000 Tablet ke Malut, NTT dan Papua," katanya.

Paristiyanti Nurwardani menjelaskan, laptop anyar ini dirancang untuk bisa digunakan oleh tunanetra. Kemudian juga dilengkapi dengan unit software untuk e-modul Dikti serta secure test.

"Kecanggihannya, dengan adanya unik software. Untuk akses e modul Dikti, secure test serta Ramah untuk tuna netra," ujar Paristiyanti.

Dalam pengerjaan, kata dia,  ke depan pemerintah akan terus meningkatkan kemampuan produk tersebut agar bisa setara dengan produk yang sama. Untuk itu, pemerintah akan menggandeng beberapa politeknik yang ada di Indonesia.

"2021 atau tahun ini. Itu ada 3 perguruan tinggi, UGM, ITB dan ITS dalam bentuk konsorsium. Kemudian, 2022 mendatang akan mengajak beberapa politeknik," jelasnya.

Dalam pembuatan laptop Diktiedu, sepenuhnya didesain oleh perguruan tinggi. Demikian juga dengan software yang digunakan.

"Perkembangan Laptop Diktiedu, sudah ada pembagian tugas, Design oleh 3 ITB, UGM dan ITS. Software diisi dengan unik seperti untuk mahasiswa tunanetra," tandasnya.

Selain melibatkan tiga perguruan tinggi, penggarapan Laptop Merah Putih ini juga menggandeng Produsen Laptop Dalam Negeri seperti PT. Zyrexindo Mandiri Buana Tbk. (ZYRX).

Pembuatan Laptop Merah Putih ini juga menjadi perhatian Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ia  meminta beberapa perusahaan produsen produk TIK melakukan kegiatan Research and Development (R&D) di dalam negeri, khususnya produk chip yang saat ini banyak dicari.

"Agar mereka mendapatkan tax deduction 300%, dan tentu sebagaimana kita ketahui kita arahkan memproduksi chipset yang saat ini telah terjadi kelangkaan di seluruh dunia dan ini berdampak pada produsen laptop dalam negeri yang masih mengandalkan komponen impor," katanya dalam konferensi pers, Kamis (22/7).

Bila produksi chipset tidak dilakukan di dalam negeri maka produksilaptop terganggu. Makanya pemerintah akan memfasilitasi investasi komponen yang terkait TIK dalam negeri. Selain itu akan diinisasi Engineering Center untuk laptop.

"Ini untuk ekpsistem pembuatan mulai dari intellectual property (IP), komponen utama, komponen pendukung," jelasnya.

"Apabila perakitan bisa mencapai 1 - 2 juta laptop dalam negeri maka akan mendorong ODM laptop semakin tertarik memperkuat ekosistem laptop dari Indonesia. Saat ini laptop yang dapat dirakit dalam negeri mencapai 400 ribu unit," jelasnya.

Agus menjelaskan akan memperluas pasar laptop dalam negeri agar diserap, baik dari kebutuhan Pendidikan hingga adminsitrasi lembaga. Enginerring Center ini juga akan menjadi sarana untuk mengembangakan produk semi conductor dalam negeri. "Ini produk strategis masa depan terutama di industri 4.0 ini," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016 - 2020 sudah mencapai US$ 1 miliar, atau setara dengan Rp 14 triliun dengan kurs (Rp 14.000/US$).

Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95%, dan 5 % untuk produk laptop dalam negeri. Maka ke depan, Perusahaan teknologi produsen laptop asal Indonesia seperti ZYREX bersiap untuk mengambil pangsa pasar yang lebih besar sehingga laptop buatan Indonesia bisa menjadi tuan di negaranya sendiri (BB-RED)