Bahkan di Konstantinopel terjadi kekerasan; seorang yang dianggap melanggar kesucian kopi diikat pada sebuah kantong kulit dan dijebloskan ke sungai. Untuk mengatasinya, pemerintah setempat mengambil jalan tengah. Kedai kopi boleh dibuka jika mereka bersedia membayar pajak.

Tradisi Ulama Hadramaut

Fahri Rizal mengisahkan dalam catatannya berjudul “Kopi dan Tradisi Ulama Hadramaut” mengulas tentang kebiasaan ulama Hadramaut sebuah perkapungan di Yaman yang biasanya memiliki waktu dan tradisi khusus ketika menikmati kopi.

Ada yang menikmatinya bersama keluarga di waktu Dhuha, atau orang sini menyebutnya kopi dlohwah. Ada juga yang menikmatinya ketika di majelis-majelis ilmu hadroh, atau dzikir sambil mendengarkan qasidah yang dibacakan oleh seorang munsyid (vocalis nasyid). Dan, ini yang sering dan kebanyakan saya jumpai.

“Jika kita menelisik sejarah para ulama salafush shalih pada zaman dahulu, kita akan menemukan banyak sekali ulama-ulama yang berbicara tentang kebolehan dan keutamaan meminum kopi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sampai mengarang syair, risalah, atau kitab khusus yang berbicara tentang kopi,” ungkap Fahri dalam tulisannya.

Kenapa para ulama Hadramaut bahkan para tokoh pembesar sufi banyak yang mengistimewakan kopi?

Kopi dinilai manfaatnya membuat semangat beribadah dan bekerja, menghancurkan makanan agar tidak masuk angin, juga menghilangkan dahak yang berlebihan.