BERITABETA.COM, Jakarta – Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia (LIPI),  The First Institute of Oceanography (FIO), Tiongkok dan Departement of Atmospheric and  Oceanic Science (AOSC) University Of Maryland, Amerika Serikat akan melakukan penelitian Transport Indonesian Seas, Upwelling, Mixing Physics (TRIUMPH) pada 18 November sampai 25 Desember 2019.

Penelitian ini dilatari dengan bentuk geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan dua samudera besar (Pasifik dan  Hindia) berperan sebagai “kanal penghubung” yang mengalirkan massa air.   Para peneliti menamakan kanal penghubung tersebut dengan sebutan ‘The Indonesian Throughflow’ atau Arus Lintas  Indonesia.  

Penelitian bersama ini digelar untuk  mendapatkan informasi penting mengenai Arus Lintas Indonesia, fenomena kenaikan  massa air laut (upwelling), juga potensi keanekaragaman hayati laut di perairan selatan Jawa, Selat Bali sampai ke Selat Makasar menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII milik  LIPI.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidnag Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Agus Haryono dalam siaran persnya yang diterima beritabeta.com, Minggu sore (17/11/2019) mengatakan,  pelepasan kegiatan penelitian TRIUMPH akan dilakukan di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara pada Senin, (18/11/2019).

“Arus ini memungkinkan air tawar hangat bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia di garis lintang  rendah,” ungkap Haryono.

Haryono menjelaskan, arus ini berperan sebagai cabang tertinggi dalam sabuk pengangkut panas global.

Sementara itu, Plt Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Nugroho Dwi Hananto menjelaskan, topografi  permukaan Samudera Pasifik bagian barat yang lebih tinggi dari Samudera Hindia menggerakkan air termoklin  atas dari Pasifik Utara, melewati rute barat Selat Makassar dan keluar melalui Selat Lombok atau mengalir ke  timur ke Laut Banda.

“Aliran lambat air Pasifik Selatan yang lebih asin dan padat melewati Selat Lifamatola  menuju Laut Banda. Massa air bercampur karena efek pasang surut, spiral Ekman, dan percampuran air tawar  hangat di permukaan samudra. Dari Laut Banda, Arus Lintas Indonesia keluar lewat Laut Timor, Selat Ombai,  dan Selat Lombok,” terang Nugroho.

Riset TRIUMPH juga akan menggali interaksi samudera dan atmosfer yang penting untuk memperluas horizon  pengetahuan Indonesia tentang pergaruh dinamika samudera dan atmosfer yang sangat mempengaruhi pola cuaca  dan iklim Indonesia.

“Dampak El Nino dan La Nina belum banyak diketahui. Data dan informasi hasil riset ini  akan sangat berguna untuk menyusun strategi dan mitigasi perubahan dampak perubahan iklim tersebut,” ujar  Nugroho.

Selain itu, TRIUMPH juga akan meneliti potensi keanekaragaman hayati laut dalam di Indonesia yang belum  banyak diteliti dan diketahui.

“Kelimpahan plankton yang ada pada lokasi penelitian sangat penting untuk  mengetahui seberapa produktif perairan Samudera Hindia selatan Jawa terkait dengan potensi perikanan yang  ada,” ujar Nugroho.

Pelayaran penelitian TRIUMPH direncanakan akan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama melipute rute  perairan Teluk Jakarta, Selat Sunda, perairan Selatan Jawa, sampai berlabuh di pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam kegiatan yang berlangsung sampai tanggal 2 Desember ini dilakukan akusisi  dan pengolahan data oseanografi, biota laut dan cuaca serta perawatan Mooring. 

Penelitian kemudian akan dilanjutkan dari Banyuwangi menuju Selat Makassar dengan rute Selat Bali – Selat Badung – Selat Lombok – Selat Alas – Selat Makassar lalu kembali menuju pelabuhan Muara Baru, Jakarta.

“Di etape ini,  para peneliti akan melakukan akusisi data oseanografi dan sampah laut selama tanggal 5 – 24 Desember,” tandasnya.  (BB-DIO)