BERITABETA.COM, Jakarta – Selain memiliki potensi ikan plagis yang melimpah, laut Maluku juga menyimpan harta karun yang ditaksir potensinya mencapai Rp. 6 triliun. Harta karun itu berupa ikan hias nemo (clownfish).

"Nemo itu dari Maluku lho, yang filmnya disukai anak-anak. Ikan itu sangat bagus dan ada di Maluku, di tempat penangkaran itu indah sekali," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Sakti Trenggono, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (23/9/21).

Menurut Trenggono, potensi ekspor dari jenis ikan ini cukup tinggi. Ikan hias punya angka ekspor yang besar. Ia memperkirakan, angka ekspor setiap tahun dari keseluruhan ikan hias mencapai triliunan.

"Ikan hias juga jadi satu potensi ekspor tinggi, nilai pasarnya sekitar US$ 300-350 juta sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun, Indonesia punya yuridikasi dalam jenis perikanan hias dari ikan darat sampai ikan-ikan laut," sebutnya.

Industri ikan hias pun banyak, mulai dari ikan darat sampai ikan laut. Namun, yang tidak boleh diremehkan adalah turunan lainnya, sehingga bukan hanya dari sisi ikan tapi produk ikutan seperti tempat akuarium dan seluruh ornamen, itu melibatkan jumlah orang yang bekerja tidak kurang dari 50 ribu jiwa.

"Tujuan ekspor ikan hias mulai dari AS, Jepang, kawasan Asean termasuk Singapura dan Eropa, mereka suka ikan air tawar Indonesia dan suka ikan hias laut juga. Negara ini jadi bonus demografi, jadi sebagai negara tropis seperti kita punya keunikan yang bagus dibanding lain," kata Trenggono.

Ikan hias Nemo

 

14 Varian Baru

Tahun 2018 lalu, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah mengembangkan ikan hias jenis nemo. Pengembangan mendapatkan 14 varian baru ikan nemo.

Hadirnya belasan varian baru untuk jenis ikan nemo diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi di pasar ikan hias di Indonesia serta meningkatkan daya saing di pasar global.

"14 varian tersebut dihasilkan melalui teknik kawin silang dari berbagai jenis induk dari alam hingga menghasilkan ragam corak ikan yang indah dan diminati pasar," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto saat itu.

Ke-14 varian baru dari jenis ikan hias nemo merupakan hasil rekayasa Badan Perikanan Budidaya Laut (BPPL) Ambon. BPPL mempertimbangkan fokus berorientasi pasar saat mengembangkan varian ikan hias tersebut. Harapannya, hasil pengembangan bisa diminati oleh pasar penyuka ikan hias.

Slamet menjelaskan, secara umum ikan hias jenis nemo ini memiliki pangsa pasar yang luas dan termasuk salah satu jenis ikan hias yang paling banyak diminati kalangan penyuka ikan hias di dalam dan luar negeri.

Potensi Budidaya Ikan Hias

KKP melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon, Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan KP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), tahun 2020 lalu telah menyelenggarakan Pelatihan Pembesaran Ikan Hias Nemo dengan Resirculating Aquaculture System (RAS) .

Teknologi RAS merupakan teknologi yang menerapkan sistem budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus-menerus (resirkulasi air).

Pemanfaatan tersebut seperti fisika filter, biologi filter, ultra violet (UV), generator oksigen yang berfungsi untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan.

Beberapa keunggulan penggunaan teknologi RAS adalah mampu mempertahankan kualitas air dengan baik, menghemat penggunaan air, meningkatkan tingkat survival rate (SR), meningkatkan performa ikan nemo (clownfish) dan dapat diusahakan pada lahan yang terbatas (*)

Editor : Redaksi