BERITABETA.COM, Ambon – Meski usia kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah memasuki 74 tahun, namun kesenjangan pendidikan masih terlihat di tanah Air.

Salah satu fakta yang ditemukan adalah keberadaan sebuah bangunan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Wahdatul Ulama di Desa Kamar, Kecamatan Kilmuri, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku.

Bangunan MTs ini menjadi bahan gunjingan netizen di dunia maya, lantaran kondisinya yang memprihatinkan. Berawal dari sebuah postingan yang diunggah di laman facebook  oleh akun dengan BetaSangadji Tualeka.

Postingan tentang kondisi sekolah yang diunggah dengan tiga  foto dokumentasi aktifitas dan kondisi bangunan sekolah itu, membuat sejumlah netizen ikut memberikan tanggapan miring atas perhatian dari pemerintah daerah.  Sebab, siswa-siswinya menjalani proses belajar dengan duduk di atas lantai yang dilapisi pasir dan terlihat cukup memprihatinkan. Postingan ini, kemudian dibagikan sejumlah akun facebook dan menjadi tranding.   

Dari hasil penulusuran beritabeta.com, Senin siang (5/8/2019), salah satu anak negeri asal Desa Kamar,  Yasin Kilderek yang dihubungi membenarkan bangunan tersebut adalah gedung sekolah di desanya.   

Bangunan MTs Swasta yang dibangun sejak tahun 2010 di Desa Kamar, Kecamatan Kilmury, Kabupaten Seram Bagian Timur (FOTO: Facebook BetaSangadji Tualeka).

“Benar itu di sekolah MTs di kampung saya. Sudah lama sekolah itu dibangun, kondisinya memang demikian dan menampung sebanyak 50 siswa/siswi di Desa Kamar, “ ungkapnya.

Yasin mengaku, sekolah itu sudah dibangun pada tahun 2010 silam. Pembangunan sekolah itu dilakukan warga setempat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak di desa tersebut dan aktifitas belajar mengajar di MTS itu dilakukan oleh lima orang guru tenaga honor.     

Menurut Yasin, bangunan sekolah itu dibangun berdinding gaba-gaba (dahan sagu) dan beratapkan daun sagu, sedangkan lantai kelas-kelasnya hanya beralas pasir. “Sebenarnya ada bangku panjang, tapi mungkin sudah rusak makanya siswanya belajar lesehan dengan duduk di atas lantai pasir, seperti pada gambar yang diunggah itu,” urainya.

Menanggapi keberadaan bangunan MTs di Desa Kamar ini, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad yang dikonfirmasi beritabeta.com, Senin malam (5/8/2019) mengaku belum tahu dengan kondisi gedung MTs seperti itu. Namun, ia mengakui, bila ada bangunan  MTs seperti itu di Desa Kamar, pastinya adalah MTs Swasta yang dibangun warga setempat.

“Saya sudah melanjutkan gambar-gambar terkait kondisi bangunan MTs Swasta itu kepada Kepala Bidang Madrasah untuk sesegera mungkin menghubungi Kepala Sekolah MTs di Desa Kamar, agar bisa menyiapkan proposal untuk diperjuangkan bantuan membenahi gedung MTs tersebut,” tandas Musaad via sambungan telepon selulernya.

Menurut Kakanwil, keberadaan bangunan MTs Swasta seperti itu memang tidak bisa dipungkiri, karena sudah sejak empat tahun silam, tidak ada lagi bantuan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI kepada sekolah-sekolah berstatus swasta, khususnya berkaitan dengan pembangunan infrastrukturnya.

“Sudah beberapa tahun terakhir ini memang khusus sekolah-sekolah swasta tidak ada lagi bantuan untuk pembangunan gedung sekolah,”jelasnya.

Kakanwil juga menjelaskan, harusnya keberadaan sekolah swasta seperti ini juga menjadi perhatian oleh Pemerintah Kabupaten SBT, sebab pihak Kanwil Kemenag Maluku juga memiliki keterbatasan untuk melihat keberadaan sekolah-sekolah swasta ini.

“Saya kira keberadaan sekolah swasta itu sangat positif dalam membangun dunia pendidikan di daerah, makanya pemerintah kabupaten setempat, jangan mengabaikan keberadaannya juga, karena prinsip Dana Alokasi Umum yang diterima pemerintah kabupaten, itu juga untuk melihat semua masalah yang terjadi di daerah, termasuk keberadaan sekolah-sekolah itu,” tandasnya.

Kanwil menambahkan, meskipun baru mengetahui kondisi dari bangunan MTs Swasta di Desa Kamar ini, namun pihaknya akan mencoba meloby ke Kementerian Agama agar ada bantuan untuk membenahi sekolah tersebut.

“Semoga secepatnya ada proposal yang dibuat dan juga rekening bank yang dibuat, agar kita bisa mengajukan ke Kementerian Agama untuk dibangun 1 atau 2 ruang dulu,” tandasnya.

Keberadaan MTs Swasta di Desa Kamar, Kecamatan Kelimury seakan menambah panjang cerita tentang keterbatasan dan keterisolasian kecamatan yang dibentuk sejak tahun 2010 itu dari berbagai aspek.

Kondisi ini juga diperparah dengan minimnya sarana infrastruktur transportasi yang belum memadai,  padahal letak geografis  Kecamatan Kilmury yang cukup jauh dari Kota Kabupaten SBT.  

Tak heran sebanyak 14 desa di kecamatan tersebut antaranya, Afang Defol, Afang Kota, Bitorik, Gunak, Kamar, Kilbon Kway, Kilmury, Kumelang, Mising, Nekan, Selor, Sumbawa, Taa dan Undur, sulit berkembang, karena akses trasportasi jalan antar desa pun belum tersedia,  membuat sangat sulit bagi  sebanyak 6.126 jiwa penduduk disana.(BB-DIO)