Mengutip dari unggahan akun Facebook resmi LPDP Kementerian Keuangan RI, dalam tim tersebut, Indra berperan dalam tahapan uji klinis untuk melihat antibody response dari para volunteer yang sudah divaksinasi.

Dalam pengembangan vaksin, Indra bahkan telah menghabiskan waktu rata-rata 10 jam di laboratorium setiap hari.

Pria 29 tahun ini juga sempat menjadi peneliti pada perusahaan BUMN yang bergerak di bidang farmasi.

Sosok Indra Rudiansyah ini pun lantas membuat masyarakat Indonesia bangga. Salah satunya, Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI, Prof Zubairi Djoerban yang salut dengan sosok Indra.

“Saya akan mengingat namanya: Indra Rudiansyah, mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford. Indra adalah bagian dari tim Sarah Gilbert, penemu Vaksin AstraZeneca yang menyerahkan hak paten temuannya itu. Salut,” kata Prof Zubairi melalui akun Twitternya.

Adapun Sarah Gilbert belakangan menghiasi pemberitaan dunia karena melepas hak patennya demi vaksin Covid-19 itu bisa didistribusikan dan digunakan luas masyarakat di dunia.

Profesor vaksinologi itu di antaranya menerima standing ovation saat hadir di antara bangku penonton saat laga pembuka turnamen tenis Wimbledon pada 28 Juni 2021.

Seperti dalam videonya, Sarah mengakui peran tim yang terdiri dari beragam keahlian yang ada di belakangnya dalam proses produksi vaksin AstraZeneca selama sebelas bulan sejak Januari 2020.

Termasuk, dia menunjuk, tim yang terdiri dari para mahasiswa.

"Ini sebuah capaian yang sangat besar, dan tanpa mereka kami tidak dapat melakukan progres secepat yang kemarin," katanya.

Indra, dalam video, mengungkapkkan kalau dirinya adalah mahasiswa di kelompok pengembangan vaksin malaria pre-erythrocytic di Institut Jenner.

Dalam tim pembuat vaksin AstraZeneca, Indra menerangkan, "Saya terlibat dalam pengukuran repons antibodi di antara para relawan uji klinis."

Dia mengakui bekerja dalam tim itu sangat menantang karena mereka harus bekerja berlomba dengan waktu dan korban meninggal yang terus berjatuhan.

"Kami juga harus bekerja dalam srituasi yang berbeda karena pandemi," katanya menunjuk aturan social distancing yang mengurangi keleluasaan di laboratorium.

Dalam laman LinkedIn-nya, Indra Rudiansyah mengaku memiliki antusiasme yang tinggi di bidang bioteknologi, bioproses dan teknologi mutakhir seperti genome editing dan synthetic biology.

“Saya percaya bahwa teknologi ini dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti dalam memerangi epidemi dan penyakit langka,” tulis Idra dalam profilnya (*)

Editor : Redaksi