BERITABETA.COM, Ambon – Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Edhy Prabowo menyampaikan apresiasinya atas capaian yang diraih perikanan skala kecil Indonesia, khsusnya nelayan tuna di Kabupaten Buru.

Puluhan nelayan yang beroperasi pada kapal kecil dengan 1 atau 2 orang menggunakan kait dan tali (hook and line) di Kabupaten Buru telah berhasil menunjukan keberlanjutannya terhadap standar yang diakui secara global yang ditetapkan oleh Marine Stewardship Council (MSC).

Asosiasi perdagangan perikanan tuna Fairtrade Buru Utara dan Maluku adalah perikanan pancing ulur (handline) tuna sirip kuning pertama di dunia dan perikanan kedua di Indonesia yang disertifikasi oleh Standar Perikanan MSC.

Apresiasi Menteri Edhy ini disampaikan dalam rilis yang dikirim Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) kepada beritabeta.com, Minggu (17/5/2020).

Seperti diketahui, perikanan di Buru, Provinsi Maluku telah berada dalam Proyek Peningkatan Perikanan sejak April 2013. Ini disertifikasi dibawah Standar Perikanan Tangkap FairTrade USA pada Oktober 2014.

“Perikanan Pancing Ulur (handline) Buru yang tersertifikasi MSC terdiri dari 123 nelayan yang tergabung dalam 9 kelompok nelayan FairTrade,” tulis MDPI dalam rilisnya.

“Kami sangat bangga melihat perikanan tuna sirip kuning handline pertama di Indonesia bisa memenuhi standar tertinggi untuk keberlanjutan. Indonesia berkomitmen untuk mendukung para nelayan skala kecil dan perikanan tuna yang berkelanjutan, dan sertifikasi MSC ini bisa menjadi contoh bagi perikanan skala kecil lainnya di Indonesia dan seluruh dunia,” kata Menteri Edhy.

Seorang Nelayan Tuna Asal Pulau Buru, memegang sertifikat yang ditetapkan oleh Marine Stewardship Council (MSC).

Sementara itu, Direktur Asia Pasifik di Marine Stewardship council, Patrick Caleo mengatakan, pihaknya mengucapkan selamat kepada perikanan Tuna Sirip Kuning Handline Indonesia dan mitra-mitranya karena telah mendapatkan sertifikasi MSC.

“Mereka menunjukan kepemimpinan sejati dalam perikanan berkelanjutan. Untuk mempertahankan sertifikasi mereka, perikanannya harus bekerja sama dengan organisasi perikanan lain dan Komisi Perikanan Barat dan Tengah (WCPFC) untuk menyetujui langkah-langkah penting untuk manajemen dan melindungi stok Tuna Sirip Kuning,” ungkap Patrick.

Blane Olson dari ANOVA Food LLC juga menjelaskan, perjalanan menuju sertifikasi MSC adalah merupakan kolaborasi nyata antara semua pihak dari kelompok klien serta Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia dan MMAF baik secara perovinsi maupun nasional.

“Bersama-sama kami dapat meningkatakan proyek peningkatan perikanan (FIP) seperti pengumpulan data, registrasi kapal, dan komite pengelolaan bersama, untuk memenuhi standar FairTrade dan MSC,”tandasnya.

Perjalanan Menuju Keberlanjutan

Sistem manajemen perikanan tradisional yang dibuat melalui Asosiasi Fairtrade cukup membantu dalam memenuhi persyaratan satandar MSC dan menunjukan bagaimana FairTrade bisa menjadi cara yang ekfektif bagi perikanan skala kecil untuk mencapai sertifikasi MSC.

Semnetara itu,  Yayasan MDPI merupakan sebuah yayasan independen yang berfokus pada pencapaian kegiatan perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Mereka telah mendukung perikanan dan memberikan dukungan bagi pengembangan masyarakat lokal, proyek lingkungan, pelatihan keselamatan di laut, dan peningkatan kapasitas manajemen perikanan.

Penilaian perikanan untuk Standar MSC dilakukan oleh badan penilaian kesesuaian independen, SCS Global Services dan didukung oleh Asosiasi Perikanan Fairtrade Buru Utara dan Maluku, Anova Food LLC, Coral Triangle Processor LLC, PT Harta Samudra, dan MDPI.

Penilaian MSC mencakup tiga prinsip utama, yaitu: kesehatan stok perikanan, dampak terhadap lingkungan laut, dan pengelolaan perikanan.

Tuna sirip kuning memiliki punggung biru metalik yang gelap, sirip kuning dan perut yang berwarna kuning hingga perak serta dapat hidup hingga tujuh tahun. Tuna adalah spesies nomaden yang bisa ditemukan di seluruh lautan dunia dan merupakan beberapa dari perenang tercepat di dunia.

MSC menyadari dan menghargai praktek penangkapan ikan yang berkelanjutan mampu menciptakan pasar untuk makanan laut (seafood) yang lebih berkelanjutan. Saat ini, 15% dari tangkapan laut secara global telah bersertifikat MSC (BB-DIO)