Oleh : Moh. Ridwan Litiloly (Ketua Umum HMI Cabang Namlea)

MIMPI yang hampir sirna selama kurang lebih tujuh tahun yang lalu, kini muncul kembali meskipun masih dengan wujud  yang belum paripurna. Kehadiran sosok kakanda Akbar Tandjung dalam rangka peletakan batu pertama pembangunan Graha Insan Cita HMI Cabang Namlea pada 2013 yang lalu, memberikan  pengharapan kepada seluruh kader dan alumni HMI yang berada di Kabupaten Buru dan Buru Selatan tentang sebuah tempat berteduh.

Tempat  mempertemukan puluhan, ratusan bahkan ribuan isi kepala, untuk saling mengasih, mengasuh dan mengisi pada wacana-wacana intelektual. Mimpi atau ekspektasi yang sempat surut, kini kembali bersinar pasca  adanya pertemuan  pengurus Hmi Cabang Namlea dan alumni lintas generasi.

Pertemuan ini untuk membicarakan proses percepatan pembangunan Graha Insan Cita pada tanggal 03 september 2020 yang lalu. Dalam kesederhanaanya pertemuan yang dilaksanakn disekretariat Hmi Cab. Namlea tersebut, seakan memberikan energi positif  untuk mengafirmasi percepatan pembangunan Graha Insan Cita tersebut.

Spirit Gotong Royong HMI

Dalam perjalananya, saat membuat tulisan ini. Presentase pembangunan Graha Insan Cita kurang lebih telah mencapai kondisi 30%.  Presentase ini cukup progresif. Apalagi langkah ini diambil ketika hampir seluruh dunia sedang dilanda wabah Covid-19 yang menyebabkan munculnya wacana resesi ekonomi yang berdampak pada perputaran keuangan hampir diseluruh daerah.

Langkah ini bisa dikatakan cukup nekat jika kita merelevansikan  kondisi  dan keputusan untuk melaksanakan pembangunan. Apalagi sumber anggaran hanya melalui swadaya dan kontribusi alumni dan  pihak lain yang tidak mengikat.

Bukan HMI namanya jika tidak mampu beradaptasi dengan segala kondisi.  Nilai historis HMI dalam perjalananya menghinggapi segala hiruk pikuk dan tampil di setiap episode bangsa ini, telah mewariskan  kemampuan dan kematangan kadernya untuk dapat bersahabat dengan segala situasi.

Rekonsiliasi yang terbangun dengan pendekatan “Tanggung Jawab Bersama” mampu memupuk rasa keterpanggilan bagi setiap orang yang pernah berproses di HMI. Baik kontribusi materil sampai kontribusi pikiran, saran dan kritikan terus mengalir selama proses pekerjaan terus berlangsung.

Semangat gotong royong hadir di tengah-tengah kader dan alumni. Ekskalasi perekonomian akibat dampak  Covid-19 tidak menyurutkan semangat pembangunan Graha.

Pusat Perkumpualan Calon Intelektual Muda

Sebagi pusat yang nantinya akan mempertemukan antara sesama kader dan alumni HMI, pembangunan graha menjadi sangat urgen. Belajar dari perjalanan baginda Nabi Muhamad, SAW yang menjadikan masjid sebagai pusat peradaban umat Islam, kiranya spirit tersebut harus dikutip dan diwujudnyatakan dalam pembangunan Graha Insan Cita.

Graha harus menjadi wadah pusat rekonsiliasi bagi seluruh kader dan alumni Hmi. Sebagi masyarakat intelektual, gerakan HMI dan KAHMI harus selaras terstruktur dan sistematis dalam menterjemahkan tujuanya.

Semua itu bisa terjadi ketika terfasilitasi dengan sebuah tempat yang menjadi simbol pemersatu untuk semua kader dan alumni HMI. Simbol yang mampu meruntuhkan faksi-faksi kepentingan eksternal para alumni, simbol yang memediasikan agar setiap alumni menyisipkan tujuan HMI dan KAHMI dalam keseharian para kader dan alumni, dan simbol yang mempertegas tanggung jawab Hmi dan KAHMI bagi umat, bangsa dan  Pembangunan di daerah Kabupaten Buru.

Urgensi pembangunan Graha Insan Cita hasur dipertegas  sebagai tempat melahirkan kader-kader umat dan bangsa. Membantu mewujudkan amanah Undang-Undang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kolaborasi dan Elaborasi Pemikiran Hmi-KAHMI

Tentunya tidak berlebihan apabila dikatakan semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara  saat ini sedang mengalami keguncangan dan kegamangan yang mengancam aspek kehidupan social masyarakat.

Hal ini menuntut semua pihak dalam merespon segala perubahan yang terjadi, sehingga menghindari persoalan-persoalan destruktif di tengah-tengah masyarakat.

Semua ini terpulang kepada masing-masing individu untuk kita menilainya (self assessment), mari  sejenak renungkan kembali masing-masing, sebagai sesama Kader dan Alumni HMI yang dalam syair lagu Hymne HMI ditorehkan salah satu bait: “Turut Qur’an dan Hadis, Jalan Keselamatan”.

HMI sebagai organisasi kemahsiswaan mempunyai tujuan: ”Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala” (vide Pasal  4 AD HMI).

Apa yang menjadi tujuan HMI tersebut juga sejalan dengan tujuan KAHMI sebagai wadah bagi para alumni HMI yaitu: ”Terwujudnya cendikiawan muslim yang mampu menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka perjuangan mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT” (Pasal 6 AD KAHMI).

Sebagai suatu entitas elemen bangsa maka HMI-KAHMI mempunyai tanggung jawab besar dalam menjamin kelangsungan, keutuhan, kedaulatan, kemajuan bangsa dan yang tercinta ini.

Serta perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu HMI-KAHMI secara organisatoris harus mampu dan tampil di garis terdepan dengan konsep dan tindakan kongkrit.

Semua itu dapat terwajatahkan, khususnya untuk Hmi dan Kahmi yang berada di Kab. Buru, apabila pembangunan Graha Insan Cita ini di anggap sebagai konstruksi simbol soliditas kader  dan alumni HMI (***)