BERITABETA, Ambon – Di banyak tempat dan waktu, perempuan dan dunia literasi selalu menjadi diskursus nasional yang tidak pernah habis dibincangkan dalam setiap kesempatan.  Hal ini terkonfirmasi dengan semakin menguatnya wacana perempuan dan literasi, sehingga sering menjadi isu panjang yang seolah- olah tidak akan habis untuk dibicarakan.

Pendapat ini disampikan tokoh prempuan Maluku, Olivia Latuconsina saat tampil sebagai pembicara dalam acara Workshop Kohati HMI, Cabang Ambon yang digelar di Aula Fisip Unpatti 24/09/2018).

Dikatakan, dunia literasi, kini bukan hanya berkaitan dengan membaca dan menulis semata, akan tetapi juga dalam dimensi yang lain.  Dimana perempuan dari terjustifikasi negatif yang diproduksi oleh kultur sosial. Merekonstruksi realitas perspektif gender dan melakukan dekonstruksi terhadap diskursus mapan tentang perempuan.

“Kita semua sadar betul bahwa pengembangan, pemberdayaan perempuan dan literasi pada prinsipnya harus menjadi skala prioritas pembangunan baik di tingkat akar rumput masyarakat, maupun pemerintah itu sendiri, ” Ungkap Olivia yang merupakan aktivis perempuan Maluku.

Latuconsina menegaskan,  pemberdayaan perempuan dalam semua sektor kehidupan, seringkali diperhadapkan pada keterbatasan kapasitas penyelenggaraan negera.  Menyoroti isu -isu perempuan maupun kekerasan terhadap perempuan, di level masyarakat  misalnya,  sering dijumpai diskriminasi terhadap hak-hak pemenuhan perempuan yang begitu beragam.

“Artinya kita tidak boleh menutup mata bahwa terdapat fakta sosial yang kurang melegakan dan perempuan harus mampu menjawab kerentanan dengan beragam persoalan diskriminasi, terhadap perempuan masih menjamur di  kalangan masyarakat, ” tadas Latuconsina

Lebih lanjut Latuconsina memaparkan, untuk menjawab persoalan tersebut, maka seyogyanya semua pihak perlu mendorong partisipasi penuh dan aktif, serta kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan.

“Dalam semua sektor misalnya, mengharuskan adanya upaya kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan semua sektor kehidupan lainnya. Tentu, yang merujuk kepada perubahan sosial, yaitu pemberdayaan perempuan menuju masyarakat berdaya, ” pungkas mantan Wawali Ambon ini.(BB/DP)