BERITABETA.COM, Ambon — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Tenggara berkomitmen memberi kemudahan perizinan investasi dan penyediaan lahan untuk mendukung program kampung budidaya rumput laut terintegarasi atau "seaweed estate".

"Kami akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk investasi mulai dari perizinan sampai penyediaan lahan untuk program 'seaweed estate'," ungkap Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hunubun di Ambon seperti dikutip dari Antara, Minggu (17/10/2021).

Hanubun menjelaskan, program milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu ditargetkan mulai berjalan pada tahun 2022.

Dia menilai, program tersebut akan menjadi solusi untuk membuka lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan di bumi 'Larwul Ngabal' tersebut.

"Program tersebut merupakan solusi untuk membuka lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan di Malra yang merupakan serambi depan di perbatasan maritim Indonesia bagian timur," bebernya

Mantan Anggota DPRD Provinsi Maluku itu mengaku, Pemerintah Daerah (Pemda) bergerak cepat untuk merespons niat baik pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan nasional, yang dalam RPJMN tahun 2020-2024 disebutkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang perlu dikembangkan.

Untuk itu, dia berharap kesiapan Pemkab Malra bisa lebih meyakinkan pemerintah pusat dan investor untuk mengoptimalkan potensi perikanan dan kelautan di daerah tersebut.

"Masyarakat di Malra sangat berharap program dari KKP ini bisa direalisasikan karena manfaatnya sangat banyak untuk buka lapangan kerja, menekan angka kemiskinan di Malra yang pada 2020 mencapai 20,57 persen, dan mendorong percepatan industri," harapnya.

Ia juga membeberkan, untuk budidaya rumput laut, Malra juga memiliki lahan potensial sekitar 8.662 Ha, sedangkan lahan yang dimanfaatkan baru 846 Ha atau setara 7 persen saja.

Lokasi budidaya rumput laut tambah dia, tersebar di daerah Teluk Hoat Sorbau, Teluk Loan-Kelanit, Pulau-pulau 10, Kei Besar Bagian Selatan dan Teluk Sathean dengan jumlah pembudidaya rumput laut saat ini mencapai 2.026 orang dengan jumlah produksi 24.157,91 ton per/tahun.

"Budidaya rumput laut Malra masih tradisional, dan harganya jualnya juga relatif rendah karena tata niaganya masih bergantung ke pengepul yang memperdagangkannya di Surabaya," pungkasnya.

Editor : Redaksi