Peringati HUT OPM di Ambon, Polisi Amankan 40 Mahasiswa Papua

BERITABETA, Ambon – Aparat kepolisian Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau (Pp) Leasse, menahan dan menginterogasi sekitar 40 mahasiswa asal Papua yang sedang menimba ilmu di Kota Ambon.
Puluhan mahasiswa ini diamankan, Sabtu (1/12/2018), saat menggelar aksi demo damai merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Perayaan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia. Sehari sebelum aksi digelar, mereka telah mengirimkan undangan peliputan kepada sejumlah media, yang ditandatangani, ketua Abner Holago.
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Komite Ambon peduli HAM ini memulai aksinya sekitar pukul 07.40 Wit, di Jl. Benteng Kapaha No.88, Uritetu, Sirimau, Kota Ambon.
Mereka rencananya akan melakukan long march, melewati sejumlah ruas jalan di kota Ambon. Namun saat berada di depan Pos Lantas Tanah Tinggi, aksi ini dihentikan aparat, dengan alasan adanya simbol bendera OPM. Para mahasiswa secara paksa dinaikkan ke dalam truk polisi yang telah terparkir, dan digiring ke Mapolres Ambon untuk diinterogasi dan diambil identitasnya.
Dalam aksi itu, para mahasiswa membawa sejumlah pamflet, yang bertuliskan, Tutup Freeport, BP,LNG MIFEE dan semua perusahaan asing di seluruh tanah Papua, yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua Barat, segera ditutup.
Belanda dan PBB bertanggung jawab atas penjajahan West Papua dan memberikan hak penentuan nasib sendiri bagi West Papua.
PBB diminta bertanggung jawab serta terlibat aktif secara adil dan demokratis dalam proses penentuan nasib sendiri, pelurusan sejarah dan pelanggaran HAM yang terjadi terhadap bangsa West Papua.
Salah satu pamflet yang dibawa juga menuliskan permintaan agar “Stop Memukul Mahasiswa”.
Sedangkan dalam pernyataan sikapnya, para mahasiswa meminta agar Belanda harus bertanggung jawab untuk menuntaskan proses Dekolonisasi West Papua seperti yang telah dijanjikan.
PBB harus bertanggung jawab serta terlibat aktif secara adil dan demokratis dalam proses penentuan nasib sendiri, pelurusan sejarah, dan pelanggaran HAM yang terjadi terhadap bangsa West Papua.
Mereka meminta agar diberikan kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua.
Selain itu, mahasiswa Papua juga mendesak agar militer (TNI-Polri) Organik dan Non-Organik ditarik dari seluruh tanah Papua.
“Demikian juga kebebasan informasi, berekspresi, berorganisasi dan berpendapat bagi Bangsa West Papua harus dibuka Iebar dan dijamin, serta membuka ruang bagi jurnalis internasional di West Papua,”pinta mereka.
Para mahasiswa juga menyatakan dukungannya atas keanggotaan ULMWP di Melanesia Spearhead Group (MSG) dan Pasific Island Forum.
Mereka menganjurkan rakyat Indonesia yang bermukim di tanah West Papua untuk ikut mendukung perjuangan bangsa Papua dalam menentukan nasibnya sendiri.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada komentar resmi dari pihak kepolisian, atas penahanan tersebut. (BB-DIA)