Orang ini mendapat pahala kemabruran meskipun kakinya tak sempat menjejak Makkah. Namanya Ali bin Al - Muwaffaq, seorang tukang sepatu di Damaskus.

Ibnu Mubarak terbangun dari tidurnya. Ia duduk merenungi kisah dalam mimpinya. Percakapan dua malaikat itu terdengar jelas.

Untuk membuktikan kebenaran mimpinya, segera beliau menyelesaikan rukun - rukun hajinya dan berangkat ke Damaskus mencari tukang sepatu yang namanya disebutkan dua malaikat tersebut.

Singkat cerita, Ibnu Mubarak akhirnya bertemu juga dengan Ali bin Al - Muwaffaq. Beliau lalu  menceritakan tentang mimpinya di Masjidil Haram.

"Hanya satu pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu sehingga membawaku menempuh perjalanan sampai ke sini, " kata Ibnu Mubarak sambil menatap dalam ke arah tukang sepatu itu.

"Apa yang sudah kamu lakukan hingga namamu disebut sebagai satu - satunya orang yang hajinya diterima ?" tanya sang ulama  dengan penuh rasa ingin tahu.

Mendengar pertanyaan itu, justru Ali bin  Al - Muwaffaq jatuh pingsan. Beberapa saat setelah ia sadar, ia lalu menceritakan perjuangannya mengumpulkan uang.

40 tahun lamanya ia menyisihkan sebagian penghasilannya sebagai tukang sepatu memenuhi mimpinya untuk berhaji. Ketika terkumpul, ternyata Allah berkehendak lain.

Istrinya yang sedang hamil, mencium aroma lezat masakan dari salah satu rumah tetangganya. Ia ingin suaminya meminta barang sedikit saja.

Namun Ali mendapatkan jawaban bahwa makanan ini hanya halal untukku tapi tidak untukmu. Ali bin Al - Muwaffiq bingung dan bertanya, " Apa maksudmu ? "

Orang itu lalu berkata, kalau keluarganya sedang kelaparan selama beberapa hari hingga  ia menemukan bangkai binatang di tepi jalan. Bangkai itulah yang sedang ia olah menjadi masakan yang diminati ini.

Bercucuran air mata Ali mendengar cerita orang itu. Kemudian ia berlari pulang, mengambil seluruh uang yang sedianya untuk berangkat haji tahun ini, diserahkan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu.

"Demikianlah perjalanan hajiku, wahai Ibnu Mubarak," tuturnya dengan lapang dada.