BERITABETA.COM – Sagu yang menjadi makanan khas Maluku dan Papua, kini banyak sudah ditinggalkan. Konsumsi sagu di Maluku sudah berkurang.

Data Ketahanan Pangan di tahun 2012 menyebutkan, konsumsi sagu masyarakat Maluku masih rendah, baru 70,220 ton per tahun, sedangkan produksinya sudah mencapai 888,0225 ton pertahun.

Rendahnya jumlah konsumsi sagu disebabkan tingginya konsumsi beras 1,5 juta masyarakat Maluku yang mencapai 128 ribu ton per tahun.

Konsumsi sagu terbanyak di Maluku terdapat di Kabupaten Maluku Tengah, yakni 19,011 ton pertahun, sedangkan yang terendah di Kabupaten Maluku Barat Daya, 1,982 ton pertahun.

Kebutuhan beras di Maluku mulai meningkat dengan adanya swasembada beras di Indonesia, tahun 1984. Hal ini juga menurunkan jumlah konsumsi sagu sebagai pangan pokok di sini.

Padahal, luas areal lahan sagu di Maluku sebanyak 51,146 hektare, merupakan hutan sagu yang tumbuh dengan sendiri, bukan hasil budidaya masyarakat.

Selain potensi yang besar di Maluku, sagu juga memiliki khasiat bagi kesehatan yang cukup besar.

Data yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan, dalam 100 gram sagu, terkandung energi sebesar 209 kkal, protein 0,3 gram, karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 13 miligram, dan zat besi 0,6 miligram.

Selain itu di dalam tepung sagu juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram, dan vitamin C 0 miligram.

Khasiat bagi Kesehatan

Berdasarkan kandungan-kandungan tersebut, sagu bermanfaat sebagai sumber utama karbohidrat atau makanan pokok, mengatasi pengerasan pada pembuluh darah, mengatasi sakit pada ulu hati, dan perut kembung.

Kandungan karbohidrat dalam jumlah banyak di dalam sagu bisa menjadi alternatif yang sangat baik sebagai suplemen alami penambah energi di dalam tubuh.

Nah, sagu ini dapat membantu mengisi kembali energi yang hilang. Hal ini diketahui jika sagu dapat meningkatkan produksi glukosamin alami dalam tubuh yang dapat memperbaiki keseluruhan pergerakan sendi dan pemulihan otot di sekitarnya.

Selain itu, kandungan indeks glikemik yang rendah pada sagu membuatnya aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus.

Tingginya kadar serat dalam sagu berperan sebagai pre-biotik, menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi risiko terjadinya kanker usus, mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi risiko kegemukan atau obesitas serta memperlancar buang air besar.

Bahkan menurut “The New Oxford Book of Food Plants,” obat tradisional India menggunakan sagu yang dicampur dengan nasi untuk membantu mendinginkan tubuh. Karena itu, sagu bisa berfungsi sebagai obat herbal untuk mengobati penyakit akibat suhu panas yang terlalu tinggi di dalam tubuh seperti demam (BB-DIO)