BERITABETA.COM, Ambon – Komiditas sagu di Maluku terancam punah, setelah sekian lama potensi tanaman penghasil pangan lokal bagi masyarakat Maluku  ini tidak lagi menjadi prioritas oleh pemerintah daerah.

Salah satu hal yang menjadi faktor penentu punahnya komoditi sagu di Maluku  adalah paradigma pemerintah dalam  mengatur pengembangan komoditas beernilai ekonomi ini dalam kebijakan-kebijakan pembangunan di Maluku kedepan.

Penegasan ini disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI, Dapil Maluku, Saadiah Uluputty kepada beritabeta.com menjawab penugasan barunya dalam mengawal sektor pertanian, perikanan, kehutanan dan lingkungan hidup di Maluku, Selasa (23/3/2021).

Mantan Anggota Komisi VII DPR RI yang baru saja ditugaskan partainya ke Komisi IV DPR RI ini mengatakan, komuditas sagu menjadi salah satu primadona pangan nasional yang selama ini luput dari perhatian pemerintah. Padahal, diversifikasi pangan terutama sagu sangat memungkinkan dilakukan.

“Semua ini tergantung visi pemerintah, jangan-jangan sagu ini akan musnah dari tanah Maluku, karena banyak kawasan sentra produksi sagu di Maluku sudah kering dan tidak lagi dikelola,” ungkapnya.

Bukan saja itu, kata Saadiah, selama ini tidak ada pengembangan yang dilalakukan pemerintah khususnya pemerintah daerah. Padahal, sagu pernah jadi incaran oleh sejumlah pihak.

“Dulu saya saksikan sendiri ada orang Malasysia datang ke Seram ambil anakan sagu untuk dibudidayakan di sana. Kita malah biarkan itu, bahkan banyak hutan sagu yang kering karena tidak bisa dipanen oleh petani,” bebernya.

Srikandi PKS ini juga mengungkap kekewatirannya  terkait konversi lahan yang terajadi selama ini dengan mengalihkan hutan sagu menjadi pengembangan areal persawahan. Hal ini, kata dia, telah menjadi indikator bahwa komoditas sagu perlahan ditinggalkan dan terancam punah di tanah Maluku.

Ia juga mengakui, selama ini good will pemerintah untuk mengembangkan sagu sebagai pangan lokal di Maluku juga tidak terlihat secara nyata. Fakta ini terlihat secara nyata dengan melihat tingkat konsumsi sagu di masyarakat yang makin hari makin berkurang.

“Kita tidak lihat adanya diversifikasi (penganekaragam) dan juga intensifikasi (peningkatan produksi), sehingga ancaman itu semakin nyata terlihat,” tegasnya.