BERITABETA, Ambon – Presiden Joko Widodo akan diundang untuk menghadiri peresmian nama Kabupaten Tanimbar. Nama ini sebagai pengganti nama Maluku Tenggara Barat (MTB) yang terbentuk melalui Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999.

Tanimbar merupakan nama suku,  sekelompok etnis atau masyarakat asal Indonesia yang mendiami Kepulauan Tanimbar yang berasal dari campuran Austronesia-Papua.

Kata ”Tanimbar” berasal dari kata Tanempar dalam bahasa Yamdena Timur (Nustimur) atau Tnebar dalam bahasa Fordata, yang berarti ”Terdampar”.

Gubernur Maluku Said Assagaff di Ambon, Jumat (16/11/2018), mengatakan meminta kepada Bupati MTB, Petrus Fatlolon untuk menyiapkan undangan dan disampaikan kepada Presiden Jokowi.

“Saya telah mengarahkan Bupati Petrus agar menyiapkan undangan untuk disampaikan kepada Presiden Jokowi,” ujarnya.

Gubernur mengakui, Presiden Jokowi saat kunjungan di Ambon beberapa waktu lalu telah menyatakan keinginan mengunjungi daerah lain di Maluku, terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

“Saya menyampaikan Pemkab bersama DPRD Maluku Tenggara Barat telah menyepakati perubahan nama kabupaten MTB menjadi Tanimbar dengan prosesnya telah ditindaklanjuti pemerintah pusat, ternyata presiden menyatakan berminat ke sana,” jelasnya.

Karena itu, Bupati Petrus diarahkan agar bersama DPRD Maluku Tenggara Barat mempersiapkan peresmian pergantian nama sambil undangan disampaikan kepada presiden yang nantinya memutuskan jadwal kunjungannya.

“Saya telah meyakinkan Presiden bahwa Maluku Tenggara Barat merupakan daerah 3 T dan juga  lokasi Migas Blok Masela dengan letak geografis berbatasan dengan Australia dan Timor Leste,” terangnya.

Sebelumnya, Bupati Maluku Tenggara Barat, Petrus Fatlolon mengemukakan salah satu faktor yang mendorong pengusulan perubahan nama tersebut yaitu sejak Kabupaten Maluku Barat Daya dimekarkan dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada 2008.

Pemekaran wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat seluruhnya terdiri atas gugusan Kepulauan Tanimbar, maka dengan perubahan nama kabupaten akan lebih tepat untuk mengenal kewilayahan dan juga adat istiadat Tanimbar yang sudah mendunia.

“Dengan pergantian nama ini, jati diri kami orang Tanimbar akan makin dikenal oleh masyarakat luas. Hal tersebut adalah kebanggaan bagi kami, tetapi juga dorongan untuk terus melestarikan budaya Tanimbar,” katanya.

Pemerintah daerah, kata Petrus, dalam setiap kesempatan selalu mengimbau agar penggunaan bahasa daerah, upacara adat, pelestarian tenun ikat Tanimbar, ukiran patung, simbol-simbol adat, tarian dan lainnya terus dilestarikan.

Suku Tanimbar sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai orang Numbar. Kata Tanimbar digunakan pada awalnya oleh para penjelajah Barat. Masyarakat lain ada juga yang menyebutnya orang Timur Laut.

Suku bangsa ini mendiami Pulau Yamdena, Selaru dan pulau-pulau kecil lain di lingkungan Kepulauan Tanimbar di Kecamatan Yamdena.

Jumlah populasinya sekitar 10.000 jiwa. Suku bangsa ini sebenarnya terbagi menjadi tiga sub-suku bangsa yaitu Tomata Yamdena, Tomata Laru dan Tomata Nember.

Sub suku bangsa Tomata Nember mendiami Pulau Fordata dan pulau-pulau di utara Pulau Yamdena. Sub suku bangsa Tomata Yamdena mendiami sebagian besar pulau Yamdena, sedangkan Tomata Laru mendiami Pulau Selaru dan pulau-pulau lain di bagian barat pulau Yamdena. (BB-DIO)