Adalah Sultan Sulaiman Al - Qonuni, sang  penakluk tiga benua. Sejarah Islam mencatat kiprah dan perjuangannya dengan tinta emas, sebagai penguasa Muslim tersukses di abad ke 16 M.

Dimasa kepemimpinannya, Daulah Utsmani berada di puncak kejayaannya. Wilayahnya terbentang di dua pertiga dunia. Sebuah negara lintas benua. Ia dikenal dengan "Sulaiman The Magnificent ".

Hampir seluruh wilayah Eropa dikuasai Kesultanan Utsmaniyah atau Barat menyebutnya Kekaisaran Ottoman yang mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur.

Demikian pula bagian Afrika. Mesir, Sudan, Libia, Tunisia, Al - Jazair, Maroko, Ethiopia dan Somalia adalah bentangan kekuasaan Utsmaniyah.

Sementara wilayah Asia meliputi Syam, Persia, Hijaz, Yaman terus menuju Samudra Hindia. Laut Hitam, Teluk Arab, Laut Merah dan Samudra Hindia dibawah kekuasaan angkatan laut Turki Utsmani.

Tak hanya memiliki kekuatan militer terkuat di dunia, Istanbul juga menjelma menjadi pusat kebudayaan dunia. Sudut - sudut kota penuh sesak oleh bangunan megah berarsitektur sangat indah.

Ilmu pengetahuan dan kesenian berkembang pesat dan mendapat tempat di mata dunia. Sang pemimpin sendiri bukan hanya panglima militer yang hebat, namun juga seorang sastrawan dengan karya - karya luar biasa.

Puisi cinta yang ditulis beliau untuk permaisuri tercinta Roxelana menjadi terkenal setelah dipublikasikan oleh kantor Arsip Kepresidenan.

Sang panglima mengawalinya dengan bait - bait : "Tahta relungku yang sepi, cintaku, cahaya bulanku, sahabatku, orang terpercayaku, Sultanaku, yang paling cantik diantara yang cantik,”.

Hidupku, alasan hidupku, surgaku, arak Kausar - ku, musim semiku, wajah riang cintaku, hari cerahku, makna hari-hariku, kekasihku bagai gambar yang tersulam di hatiku, daun yang tertawa.

Engkaulah Istanbulku, Kahramanku, bumi Anatoliaku, Badakhshanku, Baghdad, dan Khorasanku, kekasihku yang lebih berharga daripada kota Roma dan seisinya.

Rupanya gemuruh cinta ini dituangkan saat Sang Sultan dalam perjalanan jihadnya membebaskan negeri - negeri Balkan. Dari medan laga Hongaria, Beograd, hingga batas Austria.

Ditengah kecamuk perang yang menyita tenaga dan pikirannya, dikeheningan malam di dalam tenda komando, Sang panglima menulis kan kerinduan pada isteri tercintanya.

Puisi cinta itu dibalas sang isteri, tak kalah puitisnya : "Aku tahu engkau jatuh hati padaku karena kehendak takdir. Menghapus air mata membuat bahagia. Aku kirimkan padamu pakaian yang aku basahi dengan air mataku. Kenakan untukku. Aku tidak menginginkan apa - apa selain kebahagiaanmu."

Aaaahhh !! Sesungguhnya Allah telah menjamin, wanita yang baik akan berpasangan dengan lelaki yang baik (***)

Geldrop,13 Dzul- Qi'dah 1442 H.