BERITABETA.COM – Tidak lagi bergemuruh seperti sepak bola di Lampung dalam menyambut Liga 1 2019, yang  kembali memiliki jagoan Perseru Badak Lampung di kasta tertinggi, setelah lebih dari satu dekade absen. Di tanah Papua justru kebalikkannya setelah kehilangan Perseru.

Sepak bola di timur Indonesia sedang lesu setelah hampir satu dekade belakangan bersorak-sorai. Dengan luas wilayah sekitar 319.036 km2 (Papua dan Papua Barat), Papua kini hanya punya satu wakil di Liga 1 2019, Persipura.

Kondisi itu sangat jomplang dengan tanah Jawa. Dengan luas sepertiganya Papua, 128.297 km2, di sana terdapat sembilan klub yang eksis di kasta tertinggi.

Beberapa tim selain Persipura yang sempat mengorbit di level elite sudah terdegradasi dan terjual ke wilayah lain. Alhasil, wadah untuk anak-anak Papua untuk merasakan atsmosfer liga teratas di kampungnya sendiri semakin sulit. Hanya mengandalkan Persipura saja tidak akan cukup menampung.

Lantas, bagaimana seharusnya langkah yang harus diambil oleh anak-anak Papua?

“Mungkin harus merantau ke luar Papua. Kondisi ini jangan sampai menjadi penghambat mereka (anak-anak Papua) untuk berkembang,” kata Roni Beroperay, eks pemain Persipura yang kini merantau ke Barito Putera kepada Bolalob.

“Untuk menunjang hal itu, maka harus butuh jaringan. Dalam kasus ini bisa dibilang agen pemain. Dalam lingkup profesional seperti ini harus ada peran seorang agen yang bisa mencarikan klub di luar Papua,” ucanya melanjutkan.

Eks pemain timnas SEA Games 2013 itu pun menekankan bahwa pemain muda harus berani merantau. “Harus berani ambil tindakan. Mencari pengalaman tidak hanya di klub Papua saja, tapi bisa di luar juga kan. Justru jika di klub-klub luar bisa mendapatkan pelajaran yang tak ada di Papua,” tutur pemain kelahiran Biak 27 tahun silam itu.

Sementara itu, legenda Persipura, Eduard Ivakdalam, memiliki kecemasan terkait nasib Papua. Jika tim di kasta tertinggi jumlahnya terus berkurang seperti saat ini, maka kondisi seperti di Maluku bisa saja terjadi.

“Bila nantinya klub-klub di Papua meredup, bisa seperti Maluku. Banyak pemain berkualitas tapi tak memiliki wadah di klub daerahnya. Semua pemain akan pergi dari Papua nantinya,” tutur Edu.

Kecemasan Edu soal “nasib Maluku” belum tercium oleh Asosiasi Provinsi (Asprov) Papua. Mereka yakin ke depannya tim-tim Papua lain pasti ada yang menembus Liga 1.

“Saya kira tidak sampai seperti itu (nasib Maluku). Saat ini saja di Liga ada dua tim (Persewar Waropen dan PSBS Biak). Begitu juga geliat di Liga 3. Tahun kemarin sudah ada yang berhasil menembus fase nasional. Jadi masih ada peluang,” ujar Rocky Bebena, Wakil Ketua Umum Asprov Papua.

Sosok yang juga menjabat sebagai Sekretaris Persipura itu pun mengingatkan bahwa tim-tim Papua mulai harus fokus terhadap aspek profesionalitas, terutama soal fninansial. Pasalnya, sepak bola kasta tertinggi tidak cukup hanya jago saja, tetapi butuh dukungan-dukungan di luar area lapangan, seperti pembinaan usia muda, legal, administrasi, infrastruktur, dan keuangan tentunya.(BB-DIO)

Sumber : Bolalob.com