BERITABETA.COM – Mantan politikus Partai Demokrat H Zulkifli bin Adam atau Max Sopacua meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (17/11/2021) pagi.

Kabar itu dibenarkan anak Max, Ferro Sopacua. Ia  menuturkan, sang ayah telah dirawat selama 17 hari di RSPAD Gatot Soebroto setelah mengalami sakit di paru-paru yang diduga kanker.

"Papa meninggal pagi ini jam 05.53 WIB di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Setelah dirawat selama 14 hari di RSUD Kota Bogor dan dirujuk ke RSPADm, dan di RSPAD dirawat selama 17 hari. Papa meninggal karena sakit di paru-paru yang diduga cancer," kata Ferro kepada kompas.com.

Max lahir di Ambon, 2 Maret 1946. Dia menikah dengan Tuti Irwatie dan dikaruniai tiga orang anak. Max pernah bekerja sebagai penyiar berita di TVRI sejak 1985 hingga 2002. Seperti dicatat dalam buku Wajah DPR dan DPD, 2009-2014 (2010).

Max pernah memproduseri beberapa program olahraga internasional seperti Olimpiade Atlanta (1996), Piala Dunia Perancis (1998), Sea Games Bangkok (1999), dan Olimpiade Sidney (2000).

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia olahraga, selain membaca berita, dari 1990 hingga 2001 dia aktif pula di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Di organisasi ini mantan Kepala Staf Angkatan Darat yang juga salah satu kerabat Tien Soeharto, Jenderal Wismoyo Arismunandar, pernah jadi ketuanya.

Di masa Orde Baru, sebagai karyawan TVRI, Max tentu hanya diperbolehkan mencoblos Golongan Karya (Karya). Jika ada nyali untuk tidak loyal kepada Presiden Soeharto, Max bisa saja mencoblos Partai Demokrasi Indonesia (PDI) atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Setelah Soeharto lengser, Max tidak hanya menjadi saksi perubahan politik, tapi juga ikut terlibat di dalamnya.

Max kemudian tak terlihat membaca berita lagi di TVRI di setelah Soeharto lengser. Tapi sebagai bekas penyiar, Max adalah anggota Asia Pasific Broadcasting Union (APBU).

Di dunia sosial-politik Max rupanya tidak ingin hanya jadi penonton, tapi juga terlibat langsung. Dia pernah jadi Sekretaris Jenderal Forum Rekonsiliasi & Rehabilitasi Maluku.

Puncaknya ketika Max ikut partai baru—yang berdiri pada 9 September 2001—bernama Partai Demokrat. Kehadiran Susilo Bambang Yudhoyono mendongkrak popularitas partai ini.

“Ibarat koran, oplah kami [Partai Demokrat] naik drastis,” kata Max Sopacua seperti dicatat Garda Maeswara dalam Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono (2009: 72).

Dalam Pilpres 2004, Demokrat berjaya. Begitu juga SBY yang terpilih langsung sebagai Presiden RI. SBY adalah Presiden yang pertama kali terpilih secara langsung pada Pilpres 2004 itu.

Max juga ikut berjaya. Dia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan daerah pemilihan Jabar V Bogor. Tak hanya di tahun 2004, pada 2009 Max terpilih lagi sebagai anggota DPRI.

Di Partai Demokrat, Max juga sempat jadi orang penting. Dia pernah menjadi Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat dari 2002 hingga 2005. Dari 2005 hingga 2010, pernah pula dia menjadi Ketua Bidang Pendidikan, Penduduk, Kominfo DPP Partai Demokrat.

Setelah SBY jadi presiden, pengaruh bekas Kassospol ABRI itu semakin menguat di Partai Demokrat. Partai ini, yang pernah diketuai Kolonel Purnawirawan Hadi Utomo (2005-2010) dan sempat dipimpin Anas Urbaningrum (2010-2013), pada 2013 diketuai oleh Presiden SBY.

Beberapa orang penting di Partai Demokrat punya hubungan kekerabatan dengan SBY termasuk Max. Tokoh penting lainnya tentu saja Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, anak SBY, yang kini Ketua Fraksi Demokrat. Adik ipar SBY, Pramono Edhie Wibowo, juga aktif di partai berlambang bintang Mercy itu.

Max Sopacua adalah salah satu orang penting yang namanya kerap disebut. Dia menjadi inisiator Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD). Max orang yang vokal mengusulkan agar Ketua Umum DPP Partai Demokrat diganti.

Dia mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang tak lain putra sulung SBY, sebagai pengganti.  Meski Demokrat tidak dalam kondisi berjaya, sejak Pilgub DKI Jakarta 2017 bintang AHY perlahan bersinar.

Menurut Max, AHY bisa menggantikan SBY dalam Kongres Luar Biasa (KLB) nanti.

"KLB kita tidak susah-susah, Pak SBY tinggal minta AHY untuk memimpin partai ini," kata Max di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2019).

Meski begitu, Andi Arief, pesohor Demokrat yang menjabat Wakil Sekretaris Jenderal partai, menuding Max Sopacua menginginkan Sandiaga Uno, yang baru saja gagal dalam Pilpres 2019, untuk menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrat.

Hubungan manis antara Max dan Demokrat mulai retak pada 2019 ketika ia bersama sejumlah kader senior Partai Demokrat membentuk Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD).

Gerakan itu meminta SBY yang saat itu masih menjabat sebagai ketua umum untuk melaksanakan KLB.

GMPPD beralasan, KLB harus segera dilaksanakan karena perolehan suara Partai Demokrat anjlok. Saat itu, GMPPD juga mendesak agar segera ditunjuk ketua umum dan pengurus baru.

"Kami mendorong dan melaksanakan suksesnya Kongres Luar Biasa (KLB) selambatnya pada 9 September 2019 mengingat telah berakhirnya Pemilu 2019 dan memasuki masa Pilkada 2020 demi mengembalikan kejayaan Partai Demokrat di 2024," ujar Max, Kamis (13/6/2019).

Pada Desember 2020, Max menyatakan mundur dari Demokrat dan bergabung dengan Partai Esa Masyarakat Sejahtera (Emas). Saat itu Max merasa bahwa dirinya disingkirkan oleh Partai Demokrat.

Ia mengibaratkan upaya menyingkirkan dirinya, seperti menurunkan penumpang di pinggir jalan.

“Yang saya prihatin tetapi saya doakan Partai Demokrat semoga bagus dan makin jaya. Yang saya sayangkan, saya disingkirkan dari Partai Demokrat seperti menurunkan penumpang angkot di pinggir jalan,” tutur Max saat itu di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Emas, Jakarta Selatan.

Tak berselang lama, pada awal 2021 nama Max kembali dikait-kaitkan dengan Partai Demokrat.

Ia merupakan salah satu tokoh yang mendorong adanya Kongres Luar Biasa (KLB) untuk mengganti AHY dari posisi ketua umum Demokrat.

"KLB itu sesuatu yang tidak haram, KLB itu terdaftar atau merupakan pasal penting dalam AD/ART semua partai politik di dunia," kata Max sebagaimana dikutip dari Tribunnews, Senin (22/2/2021).

Max mengatakan, KLB bisa digelar ketika ada ketidakpuasan terhadap suatu masalah yang ada di dalam partai politik. Dia menilai, KLB tepat digelar lantaran karena arah dari kepemimpinan Partai Demokrat tak sesuai dengan cita-cita para pendiri partai.

"Karena partai politik ini punya semua orang, bukan punya satu keluarga. Jadi ya kalau disebut bahwa saya ikut mendorong, ya ikut mendorong," ucap Max.

KLB tersebut pada akhirnya digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara pada 5 Maret 2021. KLB tersebut membuahkan hasil menetapkan Kepala Staf Presiden Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat.

Namun, belakangam pemerintah memutuskan tidak mengakui hasil KLB tersebut dan tetap menganggap Partai Demokrat yang dipimpin oleh AHY sebagai Partai Demokrat yang diakui oleh pemerintah.

Kini politisi dan penyiar kondang itu telah tiada. Menurut rencana, jenazah Max akan disemayamkan di rumah Max di Jalan Veteran Gang Kepatihan, Bogor, sebelum dimakamkan di pemakaman keluarga di Ciomas, Bogor.

"Akan dimakamkan insya Allah siang ini di pemakaman keluarga di Ciomas, satu lubang dengan almarhum ibu saya sesuai amanat beliau," ujar Ferro (BB)

 Editor : Redaksi